07/01/11

Belajar Dari Kisah Ibnu Mubarok



Bagi umat muslim, nama di atas mungkin secara umum banyak yang belum mengenal. Tapi bagi kalangan santri, akademik ataupun pelajar, sosok ibnu mubarak adalah salah satu cendikia bersahaja yang cukup cemerlang pada zamannya. Di sini saya tidak akan mengulas panjang lebar tentang biografi tokoh yg hidup di era tabi'in (mohon dikoreksi, jika salah). Saya hanya akan memaparkan sebuah teladan yg mungkin saja bisa menjadi inspirasi menggugah jiwa.

Siapa sangka di balik kecemerlangan ide dan pemikiran2nya yang menakjubkan tersebut, ibn mubarak mempunyai seorang ayah bekas budak dan berkulit hitam (tanpa berupaya merendahkan ras tertentu). Namun jiwa wara' dan zuhud sang ayah sebagai seorang penjaga kebun patut menjadi renungan kita semua. Suatu ketika sang majikan memerintahkan Mubarak (nama ayah ibn Mubarak) untuk mengambil buah yang manis untuk disantap, tapi sampai pada buah yg ketiga kalinya selalu dirasa pahit oleh sang majikan. Dengan jengkel sang majikan marah seraya berkata: "Ya mubarak, sudah berapa lama kau mengurusi kebunku? Sampai skrg belum bisa membedakan buah2 yang manis dan pahit?". Mubarak menjawab: "Wahai tuan, bagaimana aku bisa tahu tentang rasa buah2an itu jika aku sendiri tak pernah menikmatinya. Aku di sini sebagai penjaga kebun bukan penikmat rasa". Mendengar jawaban itu sang majikan merasa terharu dan takjub atas kewara'an sang budak. Sejak itu juga sang majikan meminta Mubarak untuk menikahi putrinya yang cantik jelita. Dgn sepenuh jiwa, sang putri pun menerima pinangan sang budak dgn ikhlas dgn mencari ridho Allah dan orang tua. Jadi tidak mengherankan jika 2 pasangan yang bersahaja ini menghasilkan mutiara yang memakau dan mengagumkan seperti Ibn Mubarak.

Dan Rasulullah SAW sendiri pernah bersabda:
لا فضل لأبيض على أسود ولا لعربي على عجمي الا بتقوى الله أنتم من أدم"وأدم من تراب

Semoga bisa menjadi inspirasi di hari ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar