Perayaan Hari Natal menjadi polemik di masyarakat, khususnya Islam. Bagi siapa saja yang tidak ikut merayakannya berarti ia dianggap "tidak toleran". Untuk itulah pusat-pusat perbelanjaan hampir di seluruh daerah kini turut merayakan hari Natal sebagai bentuk toleransi dalam beragama. Lihat saja para pengisi acara muslim atau muslimah di televisi dengan suka rela beramai-ramai larut dalam kemeriahan. Bahkan tidak sedikit yang sengaja datang di acara Misa kebaktian (baca: malam Natal di Gereja sengketa Yasmin Bogor kemarin) atau sekedar memakai atribut Natal berupa topi sinterklas atau pernak-pernik lainnya.
Sahabat Anas ra berkata: Rosululloh saw tiba di Madinah (pada suatu hari) bertepatan dengan (salah satu) dua hari raya yang biasa dirayakan oleh para sahabat Anshar pada masa jahiliyah. Maka Rosululloh saw (ketika melihatnya marah) seraya bersabda:
قد أبدلكم الله بهما خيرا منهما
"(Bukankah) Allah telah mengganti dua hari raya kalian dg dua hari raya yg jauh lebih baik dr keduanya..
يوم الاضحي و يوم الفطر
(Yaitu) hari raya adhha dan hari raya fithri"(H.R Abu Daud dan An Nasa'I)
Atas nama “toleransi”, kini keyakinan umat Islam mulai ikut bercampur-aduk. Akibatnya, konsep kufur dan iman menjadi kabur. Agama saat ini rela “digadaikan” hanya dengan alasan "toleransi".
Lebih ekstrim lagi, ada yang berpendapat bahwa “Hanya seorang pluralis sejati yang toleran,” begitulah ungkap seorang tokoh Liberal yang menganggap siapa saja yang tidak pluralis maka ia tidak toleran. Termasuk umat Islam.
Bagi kita, toleransi tidak berarti harus menjadi pluralis. Saling menghormati dan menghargai tidak berarti membenarkan yang batil dan sesat. Antara haq dan batil sudah jelas.
Nabi Muhammad Shallallahu “alaihi Wa Sallam bertetangga dengan orang Yahudi, bersikap ramah dan toleran, namun beliau tetap mengatakan mereka kafir, jika tidak mau memeluk Islam, apalagi jika memusuhi kaum Muslim.
Untuk itu, sudah sepatutnya umat Islam memahami hal ini dan terus berusaha membendung doktrin-doktrin seperti halnya ikut-ikutan dalam merayakan hari Natal yang seharusnya tidak pantas dilakukan umat Islam. Bukankah Rasulullah begitu toleran kepada Yahudi jauh melebihi aktivis liberal? (Maaf, mungkin tidak pantas untuk dibandingkan) tetapi beliau tetap tak "mengakui" keyakinan mereka.
Berikut kisah yang mungkin bisa menjadi renungan bagi kita umat Islam:
Di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, “Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya.”
Alkisah, setelah wafatnya Rasulullah Salallahu “Alaihi Wassalam, tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi, yang biasa menyuapin si pengemis Yahudi buta tersebut.
Suatu hari, sahabat Rasulullah yakni Abubakar Radhiallahu Anhu berkunjung ke rumah anaknya Siti Aisyah (isteri Rasulullah) dan bertanya tentang kebiasaan Nabi belum ia kerjakan.
Aisyah menjawab, “Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja. Apakah Itu?, tanya Abu bakar RA. Setiap pagi Rasulullah selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada di sana, “ kata Aisyah RA.
Keesokan harinya Abubakar pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk disuapkan si pengemis Yahudi yang buta. Ketika Abubakar mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil menghardik, “Siapakah kamu?”, Abubakar menjawab, “Aku orang yang biasa (mendatangi engkau). Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku, bantah si pengemis buta itu.
Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut, setelah itu ia berikan padaku, pengemis itu melanjutkan perkataannya.
Abubakar tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata, “Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah Shallalu “Alaihi Wassalam.
Pengemis Yahudi buta itu terkaget-kaget, sebab selama itu orang yang difitnah, diumpat dan dicaci itu tak lain Muhammad yang mulia, yang setiap pagi menyuapinya dengan sabar. Setelah peristiwa itu, sang Yahudi buta akhirnya bersyahadat dan menjadi Muslim.
Banyak orang seolah sudah pintar, seolah ingin mengajari “toleransi” melebihi hebatnya Nabi kita bertoleransi. Rasulullah yang mulia begitu hebat memperlakukan Yahudi melebihi kita, namun tetap saja tak mencampurkan akidah dan menganggap semua agama sama. Wa’Allahu a’lam bi as-Showab.
Jl. Sumbergirang No. 12 Lasem Rembang Jawa Tengah Telp. (0295) 531111 Fax. (0295) 531138
27/12/11
26/12/11
Motivasi hari ini: Belajar dari Mawar
Suatu ketika, ada seseorang pemuda yang mempunyai sebuah bibit mawar. Ia ingin sekali menanam mawar itu di kebun belakang rumahnya. Pupuk dan sekop kecil telah disiapkan. Bergegas, disiapkannya pula pot kecil tempat mawar itu akan tumbuh berkembang. Dipilihnya pot yang terbaik, dan diletakkan pot itu di sudut yang cukup mendapat sinar matahari. Ia berharap, bibit ini dapat tumbuh dengan sempurna.
Disiraminya bibit mawar itu setiap hari. Dengan tekun, dirawatnya pohon itu. Tak lupa, jika ada rumput yang menganggu, segera disianginya agar terhindar dari kekurangan makanan. Beberapa waktu kemudian, mulailah tumbuh kuncup bunga itu. Kelopaknya tampak mulai merekah, walau warnanya belum terlihat sempurna. Pemuda ini pun senang, kerja kerasnya mulai membuahkan hasil. Diselidikinya bunga itu dengan hati-hati. Ia tampak heran, sebab tumbuh pula duri-duri kecil yang menutupi tangkai-tangkainya. Ia menyesalkan mengapa duri-duri tajam itu muncul bersamaan dengan merekahnya bunga yang indah ini. Tentu, duri-duri itu akan menganggu keindahan mawar-mawar miliknya.
Sang pemuda tampak bergumam dalam hati, “Mengapa dari bunga seindah ini, tumbuh banyak sekali duri yang tajam? Tentu hal ini akan menyulitkanku untuk merawatnya nanti. Setiap kali kurapihkan, selalu saja tanganku terluka. Selalu saja ada ada bagian dari kulitku yang tergores. Ah pekerjaan ini hanya membuatku sakit. Aku tak akan membiarkan tanganku berdarah karena duri-duri penganggu ini.”
Lama kelamaan, pemuda ini tampak enggan untuk memperhatikan mawar miliknya. Ia mulai tak peduli. Mawar itu tak pernah disirami lagi setiap pagi dan petang. Dibiarkannya rumput-rumput yang menganggu pertumbuhan mawar itu. Kelopaknya yang dahulu mulai merekah, kini tampak merona sayu. Daun-daun yang tumbuh di setiap tangkai pun mulai jatuh satu-persatu. Akhirnya, sebelum berkembang dengan sempurna, bunga itu pun meranggas dan layu.
Jiwa manusia, adalah juga seperti kisah tadi. Di dalam setiap jiwa, selalu ada ‘mawar’ yang tertanam. Tuhan yang menitipkannya kepada kita untuk dirawat. Tuhan lah yang meletakkan kemuliaan itu di setiap kalbu kita. Layaknya taman-taman berbunga, sesungguhnya di dalam jiwa kita, juga ada tunas mawar dan duri yang akan merekah.
Namun sayang, banyak dari kita yang hanya melihat “duri” yang tumbuh. Banyak dari kita yang hanya melihat sisi buruk dari kita yang akan berkembang. Kita sering menolak keberadaan kita sendiri. Kita kerap kecewa dengan diri kita dan tak mau menerimanya. Kita berpikir bahwa hanya hal-hal yang melukai yang akan tumbuh dari kita. Kita menolak untuk menyirami” hal-hal baik yang sebenarnya telah ada. Dan akhirnya, kita kembali kecewa, kita tak pernah memahami potensi yang kita miliki.
Banyak orang yang tak menyangka, mereka juga sebenarnya memiliki mawar yang indah di dalam jiwa. Banyak orang yang tak menyadari, adanya mawar itu. Kita, kerap disibukkan dengan duri-duri kelemahan diri dan onak-onak kepesimisan dalam hati ini. Orang lain lah yang kadang harus menunjukannya.
Jika kita bisa menemukan “mawar-mawar” indah yang tumbuh dalam jiwa itu, kita akan dapat mengabaikan duri-duri yang muncul. Kita, akan terpacu untuk membuatnya akan membuatnya merekah, dan terus merekah hingga berpuluh-puluh tunas baru akan muncul. Pada setiap tunas itu, akan berbuah tunas-tunas kebahagiaan, ketenangan, kedamaian, yang akan memenuhi taman-taman jiwa kita. Kenikmatan yang terindah adalah saat kita berhasil untuk menunjukkan diri kita tentang mawar-mawar itu, dan mengabaikan duri-duri yang muncul.
Semerbak harumnya akan menghiasi hari-hari kita. Aroma keindahan yang ditawarkannya, adalah layaknya ketenangan air telaga yang menenangkan keruwetan hati. Mari, kita temukan “mawar-mawar” ketenangan, kebahagiaan, kedamaian itu dalam jiwa-jiwa kita. Mungkin, ya, mungkin, kita akan juga berjumpa dengan onak dan duri, tapi janganlah itu membuat kita berputus asa. Mungkin, tangan-tangan kita akan tergores dan terluka, tapi janganlah itu membuat kita bersedih nestapa.
Biarkan mawar-mawar indah itu merekah dalam hatimu. Biarkan kelopaknya memancarkan cahaya kemuliaan-Nya. Biarkan tangkai-tangkainya memegang teguh harapan dan impianmu. Biarkan putik-putik yang dikandungnya menjadi bibit dan benih kebahagiaan baru bagimu. Sebarkan tunas-tunas itu kepada setiap orang yang kita temui, dan biarkan mereka juga menemukan keindahan mawar-mawar lain dalam jiwa mereka. Sampaikan salam-salam itu, agar kita dapat menuai bibit-bibit mawar cinta itu kepada setiap orang, dan menumbuh-kembangkannya di dalam taman-taman hati kita.
Disiraminya bibit mawar itu setiap hari. Dengan tekun, dirawatnya pohon itu. Tak lupa, jika ada rumput yang menganggu, segera disianginya agar terhindar dari kekurangan makanan. Beberapa waktu kemudian, mulailah tumbuh kuncup bunga itu. Kelopaknya tampak mulai merekah, walau warnanya belum terlihat sempurna. Pemuda ini pun senang, kerja kerasnya mulai membuahkan hasil. Diselidikinya bunga itu dengan hati-hati. Ia tampak heran, sebab tumbuh pula duri-duri kecil yang menutupi tangkai-tangkainya. Ia menyesalkan mengapa duri-duri tajam itu muncul bersamaan dengan merekahnya bunga yang indah ini. Tentu, duri-duri itu akan menganggu keindahan mawar-mawar miliknya.
Sang pemuda tampak bergumam dalam hati, “Mengapa dari bunga seindah ini, tumbuh banyak sekali duri yang tajam? Tentu hal ini akan menyulitkanku untuk merawatnya nanti. Setiap kali kurapihkan, selalu saja tanganku terluka. Selalu saja ada ada bagian dari kulitku yang tergores. Ah pekerjaan ini hanya membuatku sakit. Aku tak akan membiarkan tanganku berdarah karena duri-duri penganggu ini.”
Lama kelamaan, pemuda ini tampak enggan untuk memperhatikan mawar miliknya. Ia mulai tak peduli. Mawar itu tak pernah disirami lagi setiap pagi dan petang. Dibiarkannya rumput-rumput yang menganggu pertumbuhan mawar itu. Kelopaknya yang dahulu mulai merekah, kini tampak merona sayu. Daun-daun yang tumbuh di setiap tangkai pun mulai jatuh satu-persatu. Akhirnya, sebelum berkembang dengan sempurna, bunga itu pun meranggas dan layu.
Jiwa manusia, adalah juga seperti kisah tadi. Di dalam setiap jiwa, selalu ada ‘mawar’ yang tertanam. Tuhan yang menitipkannya kepada kita untuk dirawat. Tuhan lah yang meletakkan kemuliaan itu di setiap kalbu kita. Layaknya taman-taman berbunga, sesungguhnya di dalam jiwa kita, juga ada tunas mawar dan duri yang akan merekah.
Namun sayang, banyak dari kita yang hanya melihat “duri” yang tumbuh. Banyak dari kita yang hanya melihat sisi buruk dari kita yang akan berkembang. Kita sering menolak keberadaan kita sendiri. Kita kerap kecewa dengan diri kita dan tak mau menerimanya. Kita berpikir bahwa hanya hal-hal yang melukai yang akan tumbuh dari kita. Kita menolak untuk menyirami” hal-hal baik yang sebenarnya telah ada. Dan akhirnya, kita kembali kecewa, kita tak pernah memahami potensi yang kita miliki.
Banyak orang yang tak menyangka, mereka juga sebenarnya memiliki mawar yang indah di dalam jiwa. Banyak orang yang tak menyadari, adanya mawar itu. Kita, kerap disibukkan dengan duri-duri kelemahan diri dan onak-onak kepesimisan dalam hati ini. Orang lain lah yang kadang harus menunjukannya.
Jika kita bisa menemukan “mawar-mawar” indah yang tumbuh dalam jiwa itu, kita akan dapat mengabaikan duri-duri yang muncul. Kita, akan terpacu untuk membuatnya akan membuatnya merekah, dan terus merekah hingga berpuluh-puluh tunas baru akan muncul. Pada setiap tunas itu, akan berbuah tunas-tunas kebahagiaan, ketenangan, kedamaian, yang akan memenuhi taman-taman jiwa kita. Kenikmatan yang terindah adalah saat kita berhasil untuk menunjukkan diri kita tentang mawar-mawar itu, dan mengabaikan duri-duri yang muncul.
Semerbak harumnya akan menghiasi hari-hari kita. Aroma keindahan yang ditawarkannya, adalah layaknya ketenangan air telaga yang menenangkan keruwetan hati. Mari, kita temukan “mawar-mawar” ketenangan, kebahagiaan, kedamaian itu dalam jiwa-jiwa kita. Mungkin, ya, mungkin, kita akan juga berjumpa dengan onak dan duri, tapi janganlah itu membuat kita berputus asa. Mungkin, tangan-tangan kita akan tergores dan terluka, tapi janganlah itu membuat kita bersedih nestapa.
Biarkan mawar-mawar indah itu merekah dalam hatimu. Biarkan kelopaknya memancarkan cahaya kemuliaan-Nya. Biarkan tangkai-tangkainya memegang teguh harapan dan impianmu. Biarkan putik-putik yang dikandungnya menjadi bibit dan benih kebahagiaan baru bagimu. Sebarkan tunas-tunas itu kepada setiap orang yang kita temui, dan biarkan mereka juga menemukan keindahan mawar-mawar lain dalam jiwa mereka. Sampaikan salam-salam itu, agar kita dapat menuai bibit-bibit mawar cinta itu kepada setiap orang, dan menumbuh-kembangkannya di dalam taman-taman hati kita.
16/11/11
Ngangsu ilmu : Petikan Tulisan al-Habib Zein bin Ibrahim bin Smith Nafa'anallah bih wa bi ulumih
قال العلماء : إن فعل الطاعات أمر سهل ويقدر عليه كل أحد حتى المرأة العجوز يمكن أن تصلي 100 ركعة ،ولاكن ترك المعاصي أمر عسِر ولا يقدر على ذلك إلا الصديقون ومن حفظهم الله ووفقهم
والمعنى أن ترك المعصية مثل الغيبة النميمة والنظر إلى الحرام خاصة في الخلوات و الكِبْر و عقوق الوالدين و المخاصمة و السب و اللعن و العُجب و معاصي القلب وغير ذلك لا يقدر على تركها ومجاهدة نفسه عليها إلا من وفقه الله وأعانه وتمكن اللإيمان في قلبه
وإلا ما نراه اليوم من تفشي المعاصي والتساهل بها لَهوَ أكبر دليل على صعوبة الأمر وأنها تحتاج إلى مُجاهدة ، أما فعل الطاعات فنحن نرى المساجد تمتلأ بالمصلين ودور تحفيظ القرءآن فيها مئات الحفاظ والصائمين بكثرة والأعمال الخيرية في زماننا سهلة ومتيسرة
ولكن لا وصول للعبد إلى القرب عند الله إلا بترك المعاصي
----الحبيب زين بن سميط-----
Ulama Berkata : Melakukan Keta'atan Itu Adalah perkara mudah, semua orang mampu bahkan seorang nenek yang tua renta pun mampu untuk melakukan solat 100 raka'at. akan tetapi meninggalkan perbuatan maksiat itu adalah perkara yang rumit, tidak semua orang mampu kecuali Orang-Orang Yang Jujur dan Orang-orang yang Allah Pelihara Serta Di Berinya Petunjuk.
Maksudnya Adalah, Meninggalkan perbuatan Maksiat Seperti Gibah, Mengadu Domba, Dan Melihat Kepada Perkara Yang Haram Terlebih Di Tempat-Tempat yang Sepi, Bersikap Sombong, Menyakiti Kedua Ibu Bapa, Mencaci Serta Memaki, melaknati, Ujub, dan Perbuatan Maksiat Hati Dan Lain nya, Tidak Mampu Untuk Di Tinggalkan Kecuali Orang-Orang yang Mendapat petunjuk Dan Pertolongan Allah dan Orang yang Mempunyai Ketetapan Iman Di Dalam hatinya,
Kalau Tidak Maka Apa Yang Kita Lihat Di Masa Sekarang Dengan Menyebarnya Perbuatan Maksiat Dan Melakukan-nya Secara Mudah Dan remeh, Adalah Sebuah Bukti Besar Atas Sulitnya Perkara (Maksiat) Ini Untuk Di Tinggalkan. Dan Itu Membutuhkan " mujahadah" ( Bersungguh-sungguh dalam meninggalkanya)
Adapun Melakukan Perbuatan Ta'at, Maka dapat Kita Lihat Di Masjid-Masjid Di Penuhi Oleh Orang-Orang Yang Solat, Dan Peran Penghafal Al-qur'an Di Dalam Masjid Beratus-Ratus Penghafal, Dan Orang-Orang Yang Berpuasa dengan memperbanyak Amal Kebajikan Di Zaman Kita Sekarang Ini Amatlah Mudah dan Gampang,
Akan Tetapi Perbuatan Keta'aan Tersebut Tak Akan Mengantarkan Seorang Hamba Untuk Dekat Ke Hadapan Allah Kecuali Dengan Meninggalkan Segala perbauatan Maksiat.
والمعنى أن ترك المعصية مثل الغيبة النميمة والنظر إلى الحرام خاصة في الخلوات و الكِبْر و عقوق الوالدين و المخاصمة و السب و اللعن و العُجب و معاصي القلب وغير ذلك لا يقدر على تركها ومجاهدة نفسه عليها إلا من وفقه الله وأعانه وتمكن اللإيمان في قلبه
وإلا ما نراه اليوم من تفشي المعاصي والتساهل بها لَهوَ أكبر دليل على صعوبة الأمر وأنها تحتاج إلى مُجاهدة ، أما فعل الطاعات فنحن نرى المساجد تمتلأ بالمصلين ودور تحفيظ القرءآن فيها مئات الحفاظ والصائمين بكثرة والأعمال الخيرية في زماننا سهلة ومتيسرة
ولكن لا وصول للعبد إلى القرب عند الله إلا بترك المعاصي
----الحبيب زين بن سميط-----
Ulama Berkata : Melakukan Keta'atan Itu Adalah perkara mudah, semua orang mampu bahkan seorang nenek yang tua renta pun mampu untuk melakukan solat 100 raka'at. akan tetapi meninggalkan perbuatan maksiat itu adalah perkara yang rumit, tidak semua orang mampu kecuali Orang-Orang Yang Jujur dan Orang-orang yang Allah Pelihara Serta Di Berinya Petunjuk.
Maksudnya Adalah, Meninggalkan perbuatan Maksiat Seperti Gibah, Mengadu Domba, Dan Melihat Kepada Perkara Yang Haram Terlebih Di Tempat-Tempat yang Sepi, Bersikap Sombong, Menyakiti Kedua Ibu Bapa, Mencaci Serta Memaki, melaknati, Ujub, dan Perbuatan Maksiat Hati Dan Lain nya, Tidak Mampu Untuk Di Tinggalkan Kecuali Orang-Orang yang Mendapat petunjuk Dan Pertolongan Allah dan Orang yang Mempunyai Ketetapan Iman Di Dalam hatinya,
Kalau Tidak Maka Apa Yang Kita Lihat Di Masa Sekarang Dengan Menyebarnya Perbuatan Maksiat Dan Melakukan-nya Secara Mudah Dan remeh, Adalah Sebuah Bukti Besar Atas Sulitnya Perkara (Maksiat) Ini Untuk Di Tinggalkan. Dan Itu Membutuhkan " mujahadah" ( Bersungguh-sungguh dalam meninggalkanya)
Adapun Melakukan Perbuatan Ta'at, Maka dapat Kita Lihat Di Masjid-Masjid Di Penuhi Oleh Orang-Orang Yang Solat, Dan Peran Penghafal Al-qur'an Di Dalam Masjid Beratus-Ratus Penghafal, Dan Orang-Orang Yang Berpuasa dengan memperbanyak Amal Kebajikan Di Zaman Kita Sekarang Ini Amatlah Mudah dan Gampang,
Akan Tetapi Perbuatan Keta'aan Tersebut Tak Akan Mengantarkan Seorang Hamba Untuk Dekat Ke Hadapan Allah Kecuali Dengan Meninggalkan Segala perbauatan Maksiat.
07/11/11
DO'A SIAPA PALING MUSTAJAB?
Sebuah kapal karam di tengah laut karena terjangan badai dan ombak hebat. Hanya dua orang lelaki yang bisa menyelamatkan diri dan berenang ke sebuah pulau kecil yang gersang.
Dua orang yang selamat itu tak tahu apa yang harus dilakukan. Namun, mereka berdua yakin bahwa tidak ada yang dapat dilakukan kecuali berdoa kepada Tuhan. Untuk mengetahui doa siapakah yang paling dikabulkan, mereka sepakat untuk membagi pulau kecil itu menjadi dua wilayah. Dan mereka tinggal sendiri-sendiri berseberangan di sisi-sisi pulau tersebut.
Doa pertama yang mereka panjatkan. Mereka memohon agar diturunkan makanan. Esok harinya, lelaki ke satu melihat sebuah pohon penuh dengan buah-buahan tumbuh di sisi tempat tinggalnya. Sedangkan di daerah tempat tinggal lelaki yang lainnya tetap kosong.
Seminggu kemudian, lelaki yang ke satu merasa kesepian dan memutuskan untuk berdoa agar diberikan seorang istri. Keesokan harinya, ada kapal yang karam dan satu-satunya penumpang yang selamat adalah seorang wanita yang berenang dan terdampar di sisi tempat lelaki ke satu itu tinggal. Sedangkan di sisi tempat tinggal lelaki ke dua tetap saja tidak ada apa-apanya.
Segera saja, lelaki ke satu ini berdoa memohon rumah, pakaian, dan makanan. Keesokan harinya, seperti keajaiban saja, semua yang diminta hadir untuknya. Sedangkan lelaki yang kedua tetap saja tidak mendapatkan apa-apa.
Akhirnya, lelaki ke satu ini berdoa meminta kapal agar ia dan istrinya dapat meninggalkan pulau itu. Pagi harinya mereka menemukan sebuah kapal tertambat di sisi pantainya. Segera saja lelaki ke satu dan istrinya naik ke atas kapal dan siap-siap untuk berlayar meninggalkan pulau itu. Ia pun memutuskan untuk meninggalkan lelaki ke dua yang tinggal di sisi lain pulau. Menurutnya, memang lelaki kedua itu tidak pantas menerima pemberian Tuhan karena doa-doanya tak terkabulkan. Begitu kapal siap berangkat, lelaki ke satu ini mendengar suara dari langit menggema, “Hai, mengapa engkau meninggalkan rekanmu yang ada di sisi lain pulau ini?”
“Berkahku hanyalah milikku sendiri, karena hanya doakulah yang dikabulkan,” jawab lelaki ke satu ini. “Doa lelaki temanku itu tak satupun dikabulkan. Maka, ia tak pantas mendapatkan apa-apa.”
“Kau salah!” suara itu membentak membahana. “Tahukah kau bahwa rekanmu itu hanya memiliki satu doa. Dan, semua doanya terkabulkan. Bila tidak, maka kau takkan mendapatkan apa-apa.”
“Katakan padaku,” tanya lelaki ke satu itu. “Doa macam apa yang ia panjatkan sehingga aku harus merasa berhutang atas semua ini padanya?” “Ia berdoa agar semua doamu dikabulkan!”
Kesombongan macam apakah yang membuat kita menganggap bahwa hanya harapan dan doa-doa kita yang terkabulkan? Betapa banyak orang yang telah mengorbankan sesuatu demi keberhasilan kita. Tak selayaknya kita mengabaikan peran orang lain.
Dua orang yang selamat itu tak tahu apa yang harus dilakukan. Namun, mereka berdua yakin bahwa tidak ada yang dapat dilakukan kecuali berdoa kepada Tuhan. Untuk mengetahui doa siapakah yang paling dikabulkan, mereka sepakat untuk membagi pulau kecil itu menjadi dua wilayah. Dan mereka tinggal sendiri-sendiri berseberangan di sisi-sisi pulau tersebut.
Doa pertama yang mereka panjatkan. Mereka memohon agar diturunkan makanan. Esok harinya, lelaki ke satu melihat sebuah pohon penuh dengan buah-buahan tumbuh di sisi tempat tinggalnya. Sedangkan di daerah tempat tinggal lelaki yang lainnya tetap kosong.
Seminggu kemudian, lelaki yang ke satu merasa kesepian dan memutuskan untuk berdoa agar diberikan seorang istri. Keesokan harinya, ada kapal yang karam dan satu-satunya penumpang yang selamat adalah seorang wanita yang berenang dan terdampar di sisi tempat lelaki ke satu itu tinggal. Sedangkan di sisi tempat tinggal lelaki ke dua tetap saja tidak ada apa-apanya.
Segera saja, lelaki ke satu ini berdoa memohon rumah, pakaian, dan makanan. Keesokan harinya, seperti keajaiban saja, semua yang diminta hadir untuknya. Sedangkan lelaki yang kedua tetap saja tidak mendapatkan apa-apa.
Akhirnya, lelaki ke satu ini berdoa meminta kapal agar ia dan istrinya dapat meninggalkan pulau itu. Pagi harinya mereka menemukan sebuah kapal tertambat di sisi pantainya. Segera saja lelaki ke satu dan istrinya naik ke atas kapal dan siap-siap untuk berlayar meninggalkan pulau itu. Ia pun memutuskan untuk meninggalkan lelaki ke dua yang tinggal di sisi lain pulau. Menurutnya, memang lelaki kedua itu tidak pantas menerima pemberian Tuhan karena doa-doanya tak terkabulkan. Begitu kapal siap berangkat, lelaki ke satu ini mendengar suara dari langit menggema, “Hai, mengapa engkau meninggalkan rekanmu yang ada di sisi lain pulau ini?”
“Berkahku hanyalah milikku sendiri, karena hanya doakulah yang dikabulkan,” jawab lelaki ke satu ini. “Doa lelaki temanku itu tak satupun dikabulkan. Maka, ia tak pantas mendapatkan apa-apa.”
“Kau salah!” suara itu membentak membahana. “Tahukah kau bahwa rekanmu itu hanya memiliki satu doa. Dan, semua doanya terkabulkan. Bila tidak, maka kau takkan mendapatkan apa-apa.”
“Katakan padaku,” tanya lelaki ke satu itu. “Doa macam apa yang ia panjatkan sehingga aku harus merasa berhutang atas semua ini padanya?” “Ia berdoa agar semua doamu dikabulkan!”
Kesombongan macam apakah yang membuat kita menganggap bahwa hanya harapan dan doa-doa kita yang terkabulkan? Betapa banyak orang yang telah mengorbankan sesuatu demi keberhasilan kita. Tak selayaknya kita mengabaikan peran orang lain.
19/10/11
اِنَّا لِلَّهِ وَ اِنَّا اِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ
اِنَّا لِلَّهِ وَ اِنَّا اِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ...
Mohon bantuan doa dan fatehah kagem Nyai Hj. Fahimah (kakak dari pengasuh PP. Al-Wahdah KH. Abdul Hamid Baidhowi) istri dr KH. Maimun Zubair Sarang engkang sampun dipun pundhut pada tgl 19 Okt' 2011 pukul 22.00 WIB. Smg khusnul khotimah dan diampuni segala dosa2nya
Mohon bantuan doa dan fatehah kagem Nyai Hj. Fahimah (kakak dari pengasuh PP. Al-Wahdah KH. Abdul Hamid Baidhowi) istri dr KH. Maimun Zubair Sarang engkang sampun dipun pundhut pada tgl 19 Okt' 2011 pukul 22.00 WIB. Smg khusnul khotimah dan diampuni segala dosa2nya
04/10/11
Sayyidah Zainab, Kisah Cinta putri Pemimpin Para Nabi
Zainab binti Muhammad radhiallahu 'anha merupakan putri tertua Nabi. Ia buah pernikahan Nabi dengan Bunda Khadijah radhiallahu 'anha.
Zainab kecil sudah dilatih Khadijah untuk mengasuh Fathimah Az Zahra radhiallahu 'anha. Zainab merupakan mutiara bagi suaminya, Abul Ash ibn Rabi’. Sosoknya merupakan cermin seorang istri yang begitu setia dalam berkhidmat bagi suaminya.
Ketika Zainab menyampaikan bahwa ayahnya mendapat wahyu kenabian, Abul Ash mengingkarinya. Abul Ash mengakui bahwa Muhammad, ayah mertuanya, merupakan orang yang tidak pantas diingkari, tetapi alasan nenek moyangnya lebih ia utamakan untuk menolak risalah kenabian.
Pada perang Badar, Abul Ash ikut berperang di barisan kaum musyrikin memerangi ayah mertuanya sendiri. Bayangkan betapa galau hati Zainab saat itu. Ia harap-harap cemas keselamatan ayahnya. Pada saat yang sama, ia juga gundah dengan nyawa sang suami yang memerangi ayahnya. Akhirnya datanglah kabar 70 orang musyrikin tertawan, Abul Ash salah satunya.
Dan siapa yang menebusnya? Zainab sang istri. Demikianlah bakti Zainab pada suaminya.
Dari Makkah, Zainab mengirim sejumlah harta tebusan dan sebuah kalung dari batu Onyx Zafar. Ini kalung yang tak biasa. Kalung itu merupakan hadiah pernikahan dari sang ibunda, Khadijah.
Ketika Nabi melihat kalung itu, ingatannya melayang ke cinta sejatinya, Khadijah. Nabi berseru pada kaum muslimin, jika mereka setuju Nabi meminta Abul Ash dibebaskan dan kalung itu dikembalikan ke Zainab.
Kembalinya Abul Ash dalam dekapan Zainab ternyata juga membawa kabar dari Nabi bahwa iman telah memisahkan mereka. Iman telah menjadi batas hubungan suami istri itu. Zainab diminta berhijrah ke Madinah oleh Nabi.
Kala itu Zainab sedang mengandung buah cinta dengan Abul Ash dan kelak ia keguguran ketika jatuh dari untanya. Keduanya, Zainab dan Abul Ash, berpisah dengan gerimis air mata. Demikianlah bakti Zainab pada agamanya.
Beberapa waktu sebelum Fathul Makkah, Abul Ash memimpin kafilah dagang dari Syam. Lagi-lagi, seluruh hartanya disita kaum muslimin. Ketika malam merayap, Abul Ash diam-diam menemui Zainab di Madinah dan meminta Zainab untuk memberi perlindungan. Zainab menyanggupi. Zainab berseru di balik dinding ketika Rasul dan kaum muslimin berdiri shalat Subuh. “Wahai kaum muslimin, Abul Ash berada dalam perlindungan Zainab”.
Abul Ash dan hartanya selamat. Inilah titik balik itu. Sepulang ke Makkah dan menunaikan amanat orang-orang Quraisy, Abul Ash berseru dan berikrar syahadat.
Abul Ash menyusul belahan jiwanya, Zainab, ke Madinah. Setelah 6 tahun berpisah karena iman yang beda, Abul Ash dan Zainab kembali bersatu cintanya. Cinta Zainab akhirnya tergenapkan. Kerinduannya akan iman di dada suaminya terpenuhi. Dan tak lama berselang, setahun kemudian wafatlah Bunda Zainab.
Cinta Abul Ash menyebabkan tangisannya begitu menyayat sehingga orang yang mendengarnya juga ikut menangis. Usai dimandikan, Nabi bersabda, “Kafanilah ia dengan kain ini”.
Dalam perjalanan ke Syam, Abul Ash mengenang, ''Puteri Al-Amiin, semoga Allah membalasnya dengan kebaikan dan setiap suami akan memuji sesuai dengan yang diketahuinya.''
Demikianlah ridha suami dibawa serta oleh Zainab radhiallahu 'anha, putri pemimpin para Nabi.
Zainab kecil sudah dilatih Khadijah untuk mengasuh Fathimah Az Zahra radhiallahu 'anha. Zainab merupakan mutiara bagi suaminya, Abul Ash ibn Rabi’. Sosoknya merupakan cermin seorang istri yang begitu setia dalam berkhidmat bagi suaminya.
Ketika Zainab menyampaikan bahwa ayahnya mendapat wahyu kenabian, Abul Ash mengingkarinya. Abul Ash mengakui bahwa Muhammad, ayah mertuanya, merupakan orang yang tidak pantas diingkari, tetapi alasan nenek moyangnya lebih ia utamakan untuk menolak risalah kenabian.
Pada perang Badar, Abul Ash ikut berperang di barisan kaum musyrikin memerangi ayah mertuanya sendiri. Bayangkan betapa galau hati Zainab saat itu. Ia harap-harap cemas keselamatan ayahnya. Pada saat yang sama, ia juga gundah dengan nyawa sang suami yang memerangi ayahnya. Akhirnya datanglah kabar 70 orang musyrikin tertawan, Abul Ash salah satunya.
Dan siapa yang menebusnya? Zainab sang istri. Demikianlah bakti Zainab pada suaminya.
Dari Makkah, Zainab mengirim sejumlah harta tebusan dan sebuah kalung dari batu Onyx Zafar. Ini kalung yang tak biasa. Kalung itu merupakan hadiah pernikahan dari sang ibunda, Khadijah.
Ketika Nabi melihat kalung itu, ingatannya melayang ke cinta sejatinya, Khadijah. Nabi berseru pada kaum muslimin, jika mereka setuju Nabi meminta Abul Ash dibebaskan dan kalung itu dikembalikan ke Zainab.
Kembalinya Abul Ash dalam dekapan Zainab ternyata juga membawa kabar dari Nabi bahwa iman telah memisahkan mereka. Iman telah menjadi batas hubungan suami istri itu. Zainab diminta berhijrah ke Madinah oleh Nabi.
Kala itu Zainab sedang mengandung buah cinta dengan Abul Ash dan kelak ia keguguran ketika jatuh dari untanya. Keduanya, Zainab dan Abul Ash, berpisah dengan gerimis air mata. Demikianlah bakti Zainab pada agamanya.
Beberapa waktu sebelum Fathul Makkah, Abul Ash memimpin kafilah dagang dari Syam. Lagi-lagi, seluruh hartanya disita kaum muslimin. Ketika malam merayap, Abul Ash diam-diam menemui Zainab di Madinah dan meminta Zainab untuk memberi perlindungan. Zainab menyanggupi. Zainab berseru di balik dinding ketika Rasul dan kaum muslimin berdiri shalat Subuh. “Wahai kaum muslimin, Abul Ash berada dalam perlindungan Zainab”.
Abul Ash dan hartanya selamat. Inilah titik balik itu. Sepulang ke Makkah dan menunaikan amanat orang-orang Quraisy, Abul Ash berseru dan berikrar syahadat.
Abul Ash menyusul belahan jiwanya, Zainab, ke Madinah. Setelah 6 tahun berpisah karena iman yang beda, Abul Ash dan Zainab kembali bersatu cintanya. Cinta Zainab akhirnya tergenapkan. Kerinduannya akan iman di dada suaminya terpenuhi. Dan tak lama berselang, setahun kemudian wafatlah Bunda Zainab.
Cinta Abul Ash menyebabkan tangisannya begitu menyayat sehingga orang yang mendengarnya juga ikut menangis. Usai dimandikan, Nabi bersabda, “Kafanilah ia dengan kain ini”.
Dalam perjalanan ke Syam, Abul Ash mengenang, ''Puteri Al-Amiin, semoga Allah membalasnya dengan kebaikan dan setiap suami akan memuji sesuai dengan yang diketahuinya.''
Demikianlah ridha suami dibawa serta oleh Zainab radhiallahu 'anha, putri pemimpin para Nabi.
04/05/11
Maher Zain: Membawa Nafas Baru Musik Religi
Ia membawa nafas baru dalam dunia musik dengan mengusung nafas Islami dalam balutan nuansa modern yang elegan, namun menghanyutkan. Ia juga membawa misi dalam musiknya untuk menghibur dan menginspirasi banyak orang, sekaligus membawa pesan perdamaian dan harapan untuk dunia. Ia adalah Maher Zain.
Menurut Release Sony Music Entertainment Indonesia, salah satu lagu Maher yaitu Ya Nabi Salam Alayka berhasil meraih The Best Song for 2009 di kompetisi musik yang digelar Nujoom FM, radio terbesar di Mesir. Sebuah prestasi yang membanggakan mengingat di posisi runner up ada beberapa nama besar seperti Hussein Aljismi, Mohammed Mounir, dan Sami Yusuf.
Maher juga sukses menggelar konser di beberapa negara seperti Swedia, Kanada, Australia, Inggris, Amerika Serikat, Prancis, Mesir, Algeria, dan Bahrain. Sebuah prestasi yang tidak main-main. Single andalan Maher yaitu Insha Allah dan The Chosen One, menjadi hits dimana-mana, termasuk di Indonesia.
Video klip Insha Allah meraih 9 juta penonton di YouTube dan dibuat empat versi yaitu bahasa Inggris, Prancis, Turki, dan Arab. Sedangkan klip terbaru The Chosen One meraih dua juta penonton di YouTube. Maher adalah artis muslim pertama yang meraih satu juta fans di Facebook dalam waktu satu tahun sejak album debutnya dirilis.
Di tahun ini, Maher akan merilis album debutnya di Indonesia di bawah naungan Sony Music Indonesia berjudul Thank You Allah. Album berisi lagu yang ada di album perdana Maher yang dirilis pada 2009, sekaligus ditambah single spesial. Single berjudul Sepanjang Hidup ini hasil duet Maher dengan Fadly, vokalis Padi.
25/04/11
innalillahi wa inna ilaihi rojiun
16/03/11
Rekam Jejak Syekh Dimyati Banten
KH Muhammad Dimyati atau dikenal dengan Abuya Dimyati adalah sosok yang kharismatis. Beliau dikenal sebagai pengamal tarekat Syadziliyah dan melahirkan banyak santri berkelas. Mbah Dim begitu orang memangilnya. Nama lengkapnya adalah Muhammad Dimyati bin Syaikh Muhammad Amin. Dikenal sebagai ulama yang sangat kharismatik. Muridnya ribuan dan tersebar hingga mancanegara.
Abuya dimyati orang Jakarta biasa menyapa, dikenal sebagai sosok yang sederhana dan tidak kenal menyerah. Hampir seluruh kehidupannya didedikasikan untuk ilmu dan dakwah.
Menelusuri kehidupan ulama Banten ini seperti melihat warna-warni dunia sufistik. Perjalanan spiritualnya dengan beberapa guru sufi seperti Kiai Dalhar Watucongol. Perjuangannya yang patut diteladani. Bagi masyarakat Pandeglang Provinsi Banten Mbah Dim sosok sesepuh yang sulit tergantikan. Lahir sekitar tahun 1925 dikenal pribadi bersahaja dan penganut tarekat yang disegani.
Abuya Dimyati juga kesohor sebagai guru pesantren dan penganjur ajaran Ahlusunah Wal Jama’ah. Pondoknya di Cidahu, Pandeglang, Banten tidak pernah sepi dari para tamu maupun pencari ilmu. Bahkan menjadi tempat rujukan santri, pejabat hingga kiai. Semasa hidupnya, Abuya Dimyati dikenal sebagai gurunya dari para guru dan kiainya dari para kiai. Masyarakat Banten menjuluki beliau juga sebagai pakunya daerah Banten. Abuya Dimyati dikenal sosok ulama yang mumpuni. Bukan saja mengajarkan ilmu syari’ah tetapi juga menjalankan kehidupan dengan pendekatan tasawuf. Abuya dikenalsebagai penganut tarekat Naqsabandiyyah Qodiriyyah.
Tidak salah kalau sampai sekarang telah mempunyai ribuan murid. Mereka tersebar di seluruh penjuru tanah air bahkan luar negeri. Sewaktu masih hidup , pesantrennya tidak pernah sepi dari kegiatan mengaji. Bahkan Mbah Dim mempunyai majelis khusus yang namanya Majelis Seng. Hal ini diambil Dijuluki seperti ini karena tiap dinding dari tempat pengajian sebagian besar terbuat dari seng. Di tempat ini pula Abuya Dimyati menerima tamu-tamu penting seperti pejabat pemerintah maupun para petinggi negeri. Majelis Seng inilah yang kemudian dipakainya untuk pengajian sehari-hari semenjak kebakaran hingga sampai wafatnya.
Abuya berguru pada ulama-ulama sepuh di tanah Jawa. Di antaranya Abuya Abdul Chalim, Abuya Muqri Abdul Chamid, Mama Achmad Bakri (Mama Sempur), Mbah Dalhar Watucongol, Mbah Nawawi Jejeran Jogja, Mbah Khozin Bendo Pare, Mbah Baidlowi Lasem, Mbah Rukyat Kaliwungu dan masih banyak lagi. Kesemua guru-guru beliau bermuara pada Syech Nawawi al Bantani. Kata Abuya, para kiai sepuh tersebut adalah memiliki kriteria kekhilafahan atau mursyid sempurna, setelah Abuya berguru, tak lama kemudian para kiai sepuh wafat.
Ketika mondok di Watucongol, Abuya sudah diminta untuk mengajar oleh Mbah Dalhar. Satu kisah unik ketika Abuya datang pertama ke Watucongol, Mbah Dalhar memberi kabar kepada santri-santri besok akan datang ‘kitab banyak’. Dan hal ini terbukti mulai saat masih mondok di Watucongol sampai di tempat beliau mondok lainya, hingga sampai Abuya menetap, beliau banyak mengajar dan mengorek kitab-kitab. Di pondok Bendo, Pare, Abuya lebih di kenal dengan sebutan ‘Mbah Dim Banten’. Karena, kewira’i annya di setiap pesantren yang disinggahinya selalu ada peningkatan santri mengaji.
Alam Spritual
Dibanding dengan ulama kebanyakan, Abuya Dimyati ini menempuh jalan spiritual yang unik. Dalam setiap perjalanan menuntut ilmu dari pesantren yang satu ke pesantren yang lain selalu dengan kegiatan Abuya mengaji dan mengajar. Hal inipun diterapkan kepada para santri. Dikenal sebagai ulama yang komplet karena tidak hanya mampu mengajar kitab tetapi juga dalam ilmu seni kaligrafi atau khat. Dalam seni kaligrafi ini, Abuya mengajarkan semua jenis kaligrafi seperti khufi, tsulust, diwani, diwani jally, naskhy dan lain sebagainya. Selain itu juga sangat mahir dalam ilmu membaca al Quran.
Bagi Abuya hidup adalah ibadah. Tidak salah kalau KH Dimyati Kaliwungu, Kendal Jawa Tengah pernah berucap bahwa belum pernah seorang kiai yang ibadahnya luar biasa. Menurutnya selama berada di kaliwungu tidak pernah menyia-nyiakan waktu. Sejak pukul 6 pagi usdah mengajar hingga jam 11.30. setelah istirahat sejenak selepas Dzuhur langsung mengajar lagi hingga Ashar. Selesai sholat ashar mengajar lagi hingga Maghrib. Kemudian wirid hingga Isya. Sehabis itu mengaji lagi hingga pukul: 24 malam. Setelah itu melakukan qiyamul lail hingga subuh.
Di sisi lain ada sebuah kisah menarik. Ketika bermaksud mengaji di KH Baidlowi, Lasem. Ketika bertemu dengannya, Abuya malah disuruh pulang. Namun Abuya justru semakin mengebu-gebu untuk menuntut ilmu. Sampai akhirnya kiai Khasrtimatik itu menjawab, “Saya tidak punya ilmu apa-apa.” Sampai pada satu kesempatan, Abuya Dimyati memohon diwarisi thariqah. KH Baidlowio pun menjawab,” Mbah Dim, dzikir itu sudah termaktub dalam kitab, begitu pula dengan selawat, silahkan memuat sendiri saja, saya tidak bisa apa-apa, karena tarekat itu adalah sebuah wadzifah yang terdiri dari dzikir dan selawat.” Jawaban tersebut justru membuat Abuya Dimyati penasaran. Untuk kesekian kalinya dirinya memohon kepada KH Baidlowi. Pada akhirnya Kiai Baidlowi menyuruh Abuya untuk solat istikharah. Setelah melaksanakan solat tersebut sebanyak tiga kali, akhirnya Abuya mendatangi KH Baidlowi yang kemudian diijazahi Thariqat Asy Syadziliyah.
Dipenjara Dan Mbah Dalhar
Mah Dim dikenal seagai salah satu orang yang sangat teguh pendiriannya. Sampai-sampai karena keteguhannya ini pernah dipenjara pada zaman Orde Baru. Pada tahun 1977 Abuya sempat difitnah dan dimasukkan ke dalam penjara. Hal ini disebabkan Abuya sangat berbeda prinsip dengan pemerintah ketika terjadi pemilu tahun tersebut. Abuya dituduh menghasut dan anti pemerintah. Abuya pun dijatuhi vonis selama enam bulan. Namun empat bulan kemudian Abuya keluar dari penjara.
Ada beberapa kitab yang dikarang oleh Abuya Dimyati. Diantaranya adalah Minhajul Ishthifa. Kitab ini isinya menguraikan tentang hidzib nashr dan hidzib ikhfa. Dikarang pada bulan Rajab H 1379/ 1959 M. Kemudian kitab Aslul Qodr yang didalamya khususiyat sahabat saat perang Badr. Tercatat pula kitab Roshnul Qodr isinya menguraikan tentang hidzib Nasr. Rochbul Qoir I dan II yang juga sama isinya yaitu menguraikan tentang hidzib Nasr.
Selanjutnya kitab Bahjatul Qooalaid, Nadzam Tijanud Darori. Kemudian kitab tentang tarekat yang berjudul Al Hadiyyatul Jalaliyyah didalamnya membahas tentang tarekat Syadziliyyah. Ada cerita-cerita menarik seputar Abuya dan pertemuannya dengan para kiai besar. Disebutkan ketika bertemu dengen Kiai Dalhar Watucongol Abuya sempat kaget. Hal ini disebabkan selama 40 hari Abuya tidak pernah ditanya bahkan dipanggil oleh Kiai Dalhar. Tepat pada hari ke 40 Abuya dipanggil Mbah Dalhar. “Sampeyan mau jauh-jauh datang ke sini?” tanya kiai Dalhar. Ditanya begitu Abuya pun menjawab, “Saya mau mondok mbah.” Kemudian Kiai Dalhar pun berkata,” Perlu sampeyan ketahui, bahwa disini tidak ada ilmu, justru ilmu itu sudah ada pada diri sampeyan. Dari pada sampeyan mondok di sini buang-buang waktu, lebih baik sampeyan pulang lagi ke Banten, amalkan ilmu yang sudah ada dan syarahi kitab-kitab karangan mbah-mbahmu. Karena kitab tersebut masih perlu diperjelas dan sangat sulit dipahami oleh orang awam.”
Mendengar jawaban tersebut Abuya Dimyati menjawab, ”Tujuan saya ke sini adalah untuk mengaji, kok saya malah disuruh pulang lagi? Kalau saya disuruh mengarang kitab, kitab apa yang mampu saya karang?” Kemudian Kiai Dalhar memberi saran,”Baiklah, kalau sampeyan mau tetap di sini, saya mohon ajarkanlah ilmu sampeyan kepada santri-santri yang ada di sini dan sampeyan jangan punya teman.” Kemudian Kiai Dalhar memberi ijazah tareqat Syadziliyah kepada Abuya.
Namun, Kini, waliyullah itu telah pergi meninggalkan kita semua. Abuya Dimyati tak akan tergantikan lagi. Malam Jumat pahing, 3 Oktober 2003 M/07 Sya’ban 1424 H, sekitar pukul 03:00 wib umat Muslim, khususnya warga Nahdlatul Ulama telah kehilangan salah seorang ulamanya, KH. Muhammad Dimyati bin KH. Muhammad Amin Al-Bantani, di Cidahu, Cadasari, Pandeglang, Banten dalam usia 78 tahun.
12/03/11
"Bedah Ndalem" Kasepuhan
07/01/11
Belajar Dari Kisah Ibnu Mubarok
Bagi umat muslim, nama di atas mungkin secara umum banyak yang belum mengenal. Tapi bagi kalangan santri, akademik ataupun pelajar, sosok ibnu mubarak adalah salah satu cendikia bersahaja yang cukup cemerlang pada zamannya. Di sini saya tidak akan mengulas panjang lebar tentang biografi tokoh yg hidup di era tabi'in (mohon dikoreksi, jika salah). Saya hanya akan memaparkan sebuah teladan yg mungkin saja bisa menjadi inspirasi menggugah jiwa.
Siapa sangka di balik kecemerlangan ide dan pemikiran2nya yang menakjubkan tersebut, ibn mubarak mempunyai seorang ayah bekas budak dan berkulit hitam (tanpa berupaya merendahkan ras tertentu). Namun jiwa wara' dan zuhud sang ayah sebagai seorang penjaga kebun patut menjadi renungan kita semua. Suatu ketika sang majikan memerintahkan Mubarak (nama ayah ibn Mubarak) untuk mengambil buah yang manis untuk disantap, tapi sampai pada buah yg ketiga kalinya selalu dirasa pahit oleh sang majikan. Dengan jengkel sang majikan marah seraya berkata: "Ya mubarak, sudah berapa lama kau mengurusi kebunku? Sampai skrg belum bisa membedakan buah2 yang manis dan pahit?". Mubarak menjawab: "Wahai tuan, bagaimana aku bisa tahu tentang rasa buah2an itu jika aku sendiri tak pernah menikmatinya. Aku di sini sebagai penjaga kebun bukan penikmat rasa". Mendengar jawaban itu sang majikan merasa terharu dan takjub atas kewara'an sang budak. Sejak itu juga sang majikan meminta Mubarak untuk menikahi putrinya yang cantik jelita. Dgn sepenuh jiwa, sang putri pun menerima pinangan sang budak dgn ikhlas dgn mencari ridho Allah dan orang tua. Jadi tidak mengherankan jika 2 pasangan yang bersahaja ini menghasilkan mutiara yang memakau dan mengagumkan seperti Ibn Mubarak.
Dan Rasulullah SAW sendiri pernah bersabda:
لا فضل لأبيض على أسود ولا لعربي على عجمي الا بتقوى الله أنتم من أدم"وأدم من تراب
Semoga bisa menjadi inspirasi di hari ini.
05/01/11
Habib Rizieq Syihab: Ada Empat Kelompok yang Berkonspirasi Ingin Membubarkan FPI
(Habib Rizieq dalam acara walimatul Arus di PP. Al-WAhdah 28 Juni 2009)
Sebagai salah satu kekuatan massa umat Islam Indonesia, Front Pembela Islam (FPI) yang beranggotakan 7 juta orang dianggap paling berbahaya bagi musuh-musuh Islam. Pasalnya, FPI dinilai paling keras dalam memberantas kemaksiyatan sebagai wujud dari pelaksanan amar makruf nahi mungkar di Indonesia. Maka tidaklah mengherankan jika mereka bersatu dan melakukan konspirasi dengan menghalalkan segala cara untuk membubarkan FPI.
Sejak tahun 2006, FPI berusaha diadu domba dan difitnah, agar pemerintah memiliki dalih untuk membubarkan FPI. FPI berusaha dibenturkan dengan Banser dan terakhir dengan Satgas PDIP. Namun perilaku jahat kelompok Liberalis itu selalu mengalami kegagalan. Terakhir pada peristiwa Banyuwangi (24/6) lalu, dimana FPI difitnah akan membubarkan sosialisasi kesehatan yang dilakukan tiga anggota DPR RI.
Berikut ini wawancara dengan Ketua Umum DPP FPI, Habib Rizieq Syihab, seputar konspirasi jahat untuk membubarkan FPI. Jika sampai berhasil, maka akan menjadi langkah awal untuk membubarkan ormas-ormas Islam di Indonesia yang dinilai keras menentang kezholiman dan ketidakadilan.
Apakah ada konspirasi untuk membubarkan Front Pembela Islam (FPI) pasca peristiwa Banyuwangi atau sebelumnya?
Sebetulnya konspirasi sejumlah pihak untuk pembubaran FPI sudah berlangsung sejak lama. Kita juga sudah mengidentifikasi pihak-pihak yang melakukan konspirasi untuk membubarkan FPI.
Pertama, kelompok mafia, yang memang selama ini FPI dianggap sebagai momok yang sangat menakutkan sekaligus menganggu bisnis haram mereka. Adapun yang saya maksud mafia disini, apakah mereka yang terlibat dalam sindikat narkoba, film-film porno, perjudian, pelacuran dan sebagainya. Ini semua sudah menjadi sindikat dan bukan kejahatan biasa, sementara FPI sejak lahir sangat concern dalam persoalan tersebut. FPI banyak mengungkap, menguak bahkan memejahijaukan mereka sehingga sudah jelas mana kelompok mafia ini menjadikan FPI sebagai musuh. Mereka mempunyai kepentingan untuk membubarkan FPI.
Kedua, yang masuk dalam konspirasi adalah kelompok liberal. Karena mereka melihat FPI secara fulgar melakukan konfrontasi terhadap gerakan-gerakan kaum liberal. Artinya FPI tidak lagi sembunyi-sembunyi bahkan perang pemikiran maupun perang di lapangan sekalipun. Karena kalau kita lihat peristiwa perjuangan RUU Pornografi dan Pornoaksi, bagaimana kelompok liberal memanfaatkan preman-preman untuk menyerang posko FPI di berbagai daerah. Jadi artinya mulai perang pemikiran sampai perang otot. Belakangan kita lihat banyak usaha kaum liberal yang kandas, apakah itu judicial review UU Pornografi, UU Penistaan Agama. Termasuk juga upaya mereka memanfaatkan Gus Dur untuk membatalkan TAP MPRS No XXV/MPRS/ 1966 soal PKI, tetapi kan usaha mereka kandas. Sebetulnya kandasnya mereka bukan hanya karena perjuangan FPI, tetapi semua ormas Islam. Cuma karena FPI dianggap terlalu fulgar, mungkin lebih meninjau atau mungkin konfrontasinya lebih terbuka, sehingga mereka melihat FPI sebagai musuh utama. Jadi kelompok liberal ini masuk dalam konspirasi tersebut.
Ketiga, kelompok Kristen radikal. Radikalisme ada di semua kelompok. Kelompok Kristen radikal mempunyai catatan tersendiri terhadap laskar-laskar Islam, mulai dari peristiwa Ambon hingga Poso. Dimana salah satu diantaranya adalah FPI. Ditambah lagi gerakan Kristen radikal ini yang mencoba mendirikan gereja-gereja liar di berbagai tempat. Jadi bukan geraja resmi yang mempunyai ijin resmi dan sesuai dengan peruntukannya, no problem. Markas FPI di Petamburan Jakarta Pusat ini sekitarnya ada 5 gereja, hubungannya dengan FPI saat ini baik-baik saja. Bahkan para pendetanya suka sowan kemari dan kita diskusi, no problem. Kenapa, karena gereja-gereja ini resmi punya ijin dan sesuai dengan peruntukannya. Sementara kalau ruko jadi gereja, kan lain cerita. Berarti peruntukannya untuk rumah tinggal dan toko, kok tiba-tiba berubah jadi gereja.
Sebetulnya penutupan gereja-gereja liar ini merupakan gerakan masyarakat, tetapi lagi-lagi FPI yang dituduh. Mungkin dalam gerakan tersebut ada warga FPI yang ikut bersama masyarakat. FPI kan sekarang dimana-mana ada, warganya juga dimana-mana ada. Tidak selalu perbuatan mereka mengatasnamakan organisasi FPI. Ada kalanya mereka bergerak atas nama organisasi tetapi ada kalanya atas nama masyarakat, jadi mereka tidak sendiri. Kalau mereka bersama masyarakat setempat, jangan salahkan FPI. Tetapi walau bagaimanapun juga, keterlibatan warga yang berafiliasi kepada FPI ini akhirnya membuat FPI terseret juga, Sehingga bagi kelompok Kristen radikal, FPI menjadi musuh utamanya. Jadi ada kelompok mafia yang merasa bisnis haramnya terganggu, ada kelompok liberal yang aqidah sesatnya juga terganggu dan ada kelompok Kristen radikal yang gerakan Kristenisasinya juga terganggu.
Keempat, adanya konspirasi politik. Kelompok-kelompok politik melihat banyak kepentingan politik mereka yang terganggu dengan gerakan-gerakan ormas Islam. Sekarang ada konspirasi, dimana kelompok politik ingin mengoalkan suatu UU, tiba-tiba UU ini berbenturan dengan Syariat Islam. Secara otomatis akan berhadapan dengan gerakan Islam dan salah satunya adalah FPI. Mungkin dimata mereka FPI dilihat terlalu fulgar melakukan konfrontasi, sehingga dianggap menganggu agenda politik mereka. Jadi konspirasi antara kelompok mafia, liberal, Kristen radikal dan politik. Mereka bersatu untuk menjadikan FPI sebagai musuh bersama.
Berarti mereka mencari momentum yang tepat untuk membubarkan FPI?
Akhirnya mereka mencoba mencari momentum untuk pembubaran FPI. Momentum apa saja yang mereka dapat, apakah momentum peristiwa Depok, dimana ada kontes waria yang dibubarkan warga yang didalamnya juga ada FPI. Bagaimana dengan peristiwa Bekasi, dimana ada patung yang dirubuhkan, walaupun sebetulnya yang merubuhkan patung adalah Walikota Bekasi, bukan FPI atas desakan masyarakat. Tetapi di media massa yang dituduh kan FPI.
Kenapa peristiwa Banyuwangi dianggap momentum, karena memang lebih dahsyat daripada Bekasi, Singkawang dan Depok. Persoalannya ada tiga anggota DPR RI yang katanya sedang melakuan kunjungan kerja. Artinya, kalau melibatkan anggota DPR RI berarti bersingungan dengan lembaga tinggi negara. Ini berarti bisa dikatakan subversib kalau membubarkan acara negara. Meraka lihat ini momentum penting untuk dibenturkan dengan berita FPI telah membubarkan kunjungan kerja anggota DPR RI dan FPI mengusir anggota DPR RI.
Peristiwa Banyuwangi mereka jadikan momentum untuk membubarkan FPI. Cuma mereka kecelek, mereka salah fakta, karena ternyata di Banyuwangi, subhanallah nasrullah. Tepatnya pada 25 April 2010 lalu, DPW FPI Banyuwangi dibekukan karena ada konflik internal diantara mereka yang terkait Pilkada. Kemudian sikap politik dari para pengurus FPI berbeda, yang membuat mereka ada sedikit konflik. Kemudian kita tugaskan Sekjen FPI untuk menyelesaikannya dan akhirnya disepakati supaya tidak ada fihak yang dimenangkan dan dikalahkan, maka dibekukan dulu. Berarti, kalau sudah dibekukan tidak boleh ada pergerakan apapun atas nama FPI. Tahu-tahu mereka mengkaitkannya dengan FPI, kan salah fakta dan mereka kecelek. Pada peristiwa ini kan tidak ada yang memakai seragam FPI. Jadi kesimpulannya, mereka salah fakta. Mereka sudah ramai-ramai ingin membubarkan FPI, ternyata salah fakta.
Begitu Munarman, Ustad Awit dan Ustad Khathath tampil di televisi, dengan debat terbuka dan kita ungkapkan fakta-faktanya, akhirnya mereka malu sendiri. Karena mereka malu, maka mereka lari ke berbagai peristiwa sebelumnya seperti insiden Monas. Sekarang semua film yang ditayangkan Metro TV, RCTI atau televisi swasta lainnya, itu peristiwa yang sudah diadili, sudah divonis dan pelakunya sudah dipenjara, artinya sudah inkracht dan sudah selesai. Tidak ada satu persoalan hukum yang diadili sampai dua kali. Kalau persoalan hukumnya telah selesai, kok televisi mengadili lagi. Pengadilan saja tidak berhak untuk mengadili lagi, apalagi televise. Jadi kesimpulannya, mereka kecelek.
Mengapa selama ini media massa terutama televisi dan koran selalu memojokkan FPI, bagaimana tanggapan Habib?
Kalau media massa memojokkan FPI, memang ada beberapa asumsi. Pertama, kelompok-kelompok yang memusuhi FPI adalah kelompok beruang seperti kelompok mafia, liberal, Kristen radikal dan kelompok politik. Meraka bisa dengan mudah untuk memberi siaran televisi. Jadi ini hanya persoalan duit, siapa yang bisa bayar itu yang mereka beritakan dengan senang hati.
Saya kasih contoh, pada saat Ustad Awit tampil di salah satu televisi dengan menyerahkan salah satu film ceramah Ribka Tjiptaning di Banyuwangi, mereka kita tantang untuk berani setel ini karena isinya soal PKI, ternyata mereka tidak berani. Adapun yang disetel lagi ribut-ributnya. Tetapi ceramah Ribka soal PKI di Banyuwangi selama 20 menit, kok tidak berani mereka setel. Apa karena FPI tidak bayar, kalau disuruh bayar nanti dulu. Tadi itu asumsi pertama, tetapi indikasinya kan kuat siapa punya duit bisa menguasai media massa.
Kedua, jangan lupa, hampir semua stasiun televisi tidak ada yang luput dari protes FPI. Hampir semua televisi pernah didemo oleh FPI. Biasalah, mungkin mereka tersinggung karena pernah didemo FPI. Jadi mereka enggan untuk menyiarkan berita-berita yang menurut mereka dapat mengangkat citra FPI. Jadi sepertinya ada sakit hati dan dendam kepada FPI yang pernah mendemo mereka. FPI tidak peduli kalau mereka salah kita demo. Metro TV, SCTV, RCTI dan Indosiar pernah kita demo, bahkan TVRI pernah kita demo. Televisi mana yang tidak pernah kita demo. FPI tidak peduli mendemo televisi, yang penting kalau salah ya kita protes. FPI tidak peduli apakah beritanya akan dimuat atau tidak dimuat di televisi. Itu asumsi kedua, artinya indikasinya kan ada.
Ketiga, ini yang paling kuat. Sesuai dengan dokumen Rand Corporation, disitu ditulis donasi-donasi AS dan sekutunya memang berupaya dengan segala kekuatan finansialnya untuk membeli media massa. Paling tidak, kalau tidak beli ya mereka kuasai. Itu memang ada dalam Rand Corporation, itu artinya terperinci betul. Adapun yang menarik disitu juga disebutkan, kalau ada perbuatan-perbuatan yang menaikkan citra yang dilakukan kelompok Islam manapun tidak boleh dimuat. Bukan hanya FPI, tetapi kelompok Islam manapun. Sebaliknya, kalau ada perbuatan-perbuatan yang sekiranya dapat menurunkan citra kelompok Islam, maka harus dimuat dan harus diulang-ulang.
Makanya jangan kaget, kita bisa lihat acara di Metro TV dan SCTV, peristiwa penyerangan tempat biliar yang dijadikan ajang judi oleh laskar FPI tahun 2002 atau sudah 8 tahun lalu. Tetapi film itu selalu diulang, kadang-kadang kalau diulang seperti peristiwa Banyuwangi filmnya selalu diulang. Berarti apa yang dilakukan SCTV dan Metro TV serta beberapa televisi lain sesuai dengan dokumen Rand Corporation. Bukan saya mencoba mengkait-kaitkan, tetapi faktanya memang begitu.
Apa isi dokumen Rand Corporation?
Dalam dokumen itu juga disebutkan, kalau kelompok-kelompok Islam yang mereka anggap sebagai musuh, kalau menyebutkan identitas cukup nama saja, tidak perlu disebut titelnya seperti Prof Dr dan sebagainya. Kalau Kyai Haji dan Habib jangan disebut KH dan Habibnya. Kalau Ustad jangan disebut ustadnya, pokoknya disebut namanya saja. Tetapi sebaliknya, kalau kelompok yang mendukung mereka harus disebut dengan lengkap titelnya, seperti Prof, Dr, PhD, MA, MSc dan sebagainya, itu tertulis dalam dokumen Rand Corporation. Jadi dengan demikian, ini memang grand design mereka. Jadi tidak perlu kaget dan ini tidak akan menjadi yang terakhir. Besok pasti mereka akan mencari lagi momentum untuk membubarkan FPI, dan itu akan terus berlangsung sampai mereka berhasil membubarkan FPI. Kita harapkan sekarang gerakan Islam semakin merapatkan barisan dan memperkokoh ukhuwan Islamiyah, karena sebetulnya yang ditarget itu bukan hanya FPI saja tetapi semua gerakan Islam. Mungkin FPI dianggap sebagai pintu gerbangnya untuk dibobol terlebih dahulu.
Apa kerugian yang akan dialami bangsa Indonesia seandainya FPI sampai dibubarkan?
Secara pribadi kalau FPI dibubarkan tidak ada masalah. Kalau hari ini Front Pembela Islam dibubarkan, maka besok akan saya bikin Front Pecinta Islam. Dengan singkatan yang sama, pengurus yang sama, gerakan yang sama dan wajah yang sama pula, kan UU tidak melarang. Jadi saya tidak pernah pusing dengan pembubaran. Nanti kalau Front Pecinta Islam juga dibubarkan, maka akan saya bentuk Front Penyelamat Islam. Jadi mengapa pusing-pusing, saya tidak pernah pusing mengenai pembubaran ini, tidur saya tetap nyenyak.
Jadi saya bicara pribadi, artinya yang ingin saya tekankan, ada FPI atau tidak ada FPI amar makruf nahi mungkar tetap wajib dijalankan. Ada FPI atau tidak ada FPI, perjuangan para kader FPI yang ada dimana saja tetap berjalan. Artinya, saya dan kawan-kawan yang ada di FPI tidak pernah menjadikan FPI sebagai tujuan perjuangan. Kita selalu mengingatkan, FPI cuma kendaraan. Jadi kalau kendaraan ini rusak ditengah jalau atau dibakar orang atau dicuri orang atau kendaraan terbalik dan tidak bisa dipakai lagi, kita ganti kendaraan yang lain. Kenapa susah-susah amat karena FPI bukan tujuan. Tujuan kita hanya mencari ridha Allah, tujuan kita liilai kalimatillah subhanahu wa taala. Jadi bukan tujuan kita mencitrakan FPI, membaguskan FPI, membesarkan FPI. Itu hanya proses perjuangan, tujuannya liilai kalimatillah subhanahu wa taala.
Itu yang secara pribadi saya melihat wacana pembubaran FPI, bahkan saya katakan bukan wacana lagi. Sebab ini sudah merupakan gerakan sistimatis yang dilakukan musuh-musuh Islam untuk membubarkan FPI. Tetapi memang kalau kita bicara secara umum buat masyarakat kasihan. Kalau ormas Islam bukan hanya FPI yang concern terhadap amar makruf nahi mungkar terhadap penegakan keadilan melawan kedholiman. Kalau yang seperti ini sampai dibubarkan, kasihan umat Islam itu sendiri. Artinya kekuatan mereka semakin lemah, kekuatan pembelaan mereka semakin surut. Bahkan kita khawatirkan begitu ada ormas Islam semacam FPI yang dibubarkan, jangan-jangan nanti ada masyarakat yang takut untuk berjuang. Itu yang kita khawatirkan. Artinya mereka nanti akan menjadikan proyek percontohan. Jangan keras-keras, nanti nasibnya akan seperti FPI. Nanti kita jadi takut melawan kedholiman, kemungkaran, mafia, bajingan dan takut melawan okum pejabat yang bejat akhlaknya, ini berbahaya. Jadi kalau ada pembubaran suatu ormas Islam, ini kan melemahkan semangat juang umat Islam Indonesia. Walaupun secara pribadi kita tidak akan kendor, walaupun dibubarkan sepuluh kalipun kita tetap akan berjuang. Tetapi umat yang awam kan tidak begitu fikirannya.
Jadi kalau FPI dibubarkan, berarti akan mengulang sejarah ketika Soekarno meminta Masyumi membubarkan diri atau dibubarkan tahun 1960 lalu?
Kalau kita kembali kepada sejarah Sukarno, ini kan sejarah yang sangat ironis. Tatkala Masyumi dituduh terlibat dalam PRRI, ini kan tuduhan dan firtnah, Masyumi kemudian dibubarkan. Tetapi begitu PKI yang nyata-nyata berkhianat, Sukarno tidak membubarkannya. Ini fakta sejarah, ada apa ? Seharusnya Sukarno bersikap adil. Kalau Masyumi dibubarkan, PKI yang terlibat pemberontakan G30S seharusnya dibubarkan. Ini lebih berbahaya, tetapi nyatanya tidak dibubarkan Sukarno.
Sejak zaman kemerdekaan, terjadi pergulatan apakah itu ideologi, pertempuran fisik antara kelompok Islam dengan sekuler. Jadi kelompok sekuler ini memang selalu ingin menang sendiri. Jadi segala yang jelek dari sekuler mereka maklumi, tetapi apapun yang kelihatannya jelek dari kelompok Islam, kalaupun tidak jelek mereka jelek-jelekkan. Itu akan dijadikan mereka alasan untuk penghancuran.
Sekarang kalau kita bicara soal pembubaran, kita lihat alasannya. Apa alasan mereka ingin membubarkan FPI, karena FPI melakukan sejumlah kekerasan. Saya tidak ingin membela diri. Katakanlah benar FPI melakuan kekerasan, itupun kekerasan harus kita diskusikan dulu. Apa betul itu kekerasan, apa betul itu kekerasan struktural yang dilakukan secara organisatoris atau bagaimana. Itu masih perlu diskusi dan pembuktian dulu, andaikata FPI dituduh keras dan musti dibubarkan. Pertanyaan kita, bagaimana dengan berbagai kekerasan yang dilakukan partai politik. Berbagai pilkada di daerah sejak reformasi hingga sekarang ini selalu diwarnai kekerasan. Ada pembunuhan, pembakaran gedung pemerintana, pembakaran mobil, pembakaran pom bensin, luar biasa. Itu yang tidak pernah dilakukan FPI. FPI tidak pernah bakar gedung pemerintah, FPI tidak pernah membunuh Ketua DPRD, ini kan massa partai.
Kalau FPI dibubarkan, Parpol harus juga dibubarkan?
Jadi kalau massa FPI melakukan kekerasan FPI nya harus dibubarkan, maka logikanya kalau massa partai melakuan kekerasan, maka partainya harus juga dibubarkan. Sekarang massa PDIP, PKB dan Demokrat melakukan kekerasan. Kalau begitu PDIP, PKB dan Demokrat harus dibubarkan. Ini kalau kita memakai logika pembubaran. Jadi tidaklah adil jika ada massa FPI melakukan kekerasan maka FPI dibubarkan. Tetapi kalau massa partai yang melakukan kekerasan, partainya tidak dibubarkan, enak betul ! Memang yang punya negara ini partai ! Kekerasan yang dilakukan massa partai lebih dahsyat, lebih keras bahkan biadab. Masak Ketua DPRD Sumatera Utara sampai dibunuh di dalam Gedung DPRD. Pembakaran gedung kabupaten seperti di Tuban dan pembakaran mobil di Mojokerto. Apa ada aksi FPI semacam itu. Apa ada massa FPI seperti itu. FPI paling-paling memakai pentungan. Adapun yang dirusak cuma kaca biliar dan tidak lebih dari itu. Ini kalau kita bicara fakta. Kalau pemerintah ingin membubarkan FPI, maka PDIP, PKB, Demokrat dan Golkar juga dibubarkan, jadi sama-sama bubar, termasuk negara ini juga bubar.
Selama ini kelompok liberal ingin membenturkan FPI dengan massa Gus Dur dan sekarang PDIP, tetapi usaha mereka selalu gagal?
Kelompok liberal ini tidak mempunyai massa, tidak mempunyai grass-roots. Mereka antek Barat dan hanya mampu membuat LSM-LSM komprador. Mereka dibantu dengan bantuan asing, ini mereka sendiri yang mengakuinya. Kalau kita ingin bicara jujur, FPI ingin dibubarkan karena melangar UU No. 8 Tahun 1985 tentang Keormasan. Sekarang salah satu larangan dalam UU Keormasan adalah menerima bantua luar negeri atau asing. LSM yang dibuat kelompok liberal, semuanya menerima bantuan asing. Bubarkan meraka dulu, FPI sudah siap untuk dibubarkan. Jadi kita bubar-bubaran, mereka ini tidak bercermin. Jadi kalau ada pepatah mengatakan kuman disebarang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak. Kesalahan FPI yang kecil jauh mereka lihat, tetapi kesalahan mereka yang besar dalam diri mereka sendiri, tidak mereka lihat.
Kelompok liberal memang tidak punya massa. Masyarakat mana yang mau jadi antek asing. Serendah-rendahnya pendidikan, pemikiran, status sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia, secara umum mereka masih mempunyai ras cinta tanah air, cinta bangsa dan negara. Mereka tidak mau menjual negaranya untuk orang asing. Sehingga kelompok liberal tidak mendapatkan tempat di tengah masyarakat dan mereka tidak mempunyai kekuatan grass-roots. Adapun yang mempunyai kekuatan grass-roots di Indopnesia seperti NU dan Muhammadiyah. Kalau partai politik seperti PDIP yang mengakar ke bawah.
Kelompok liberal melihat FPI sebagai ancaman dan FPI mempunyai kekuatan grass-roots kebawah. Bagaimana cara untuk menghadapi FPI, mereka berusaha untuk menunganggi NU tetapi tidka berhasil. Karena waktu itu Ketua PBNU KH Hasyim Muzadi, beliau dikenal orang baik, cerdas dan tidak bisa ditunggangi oleh Ulil dan kawan-kawan. Karena itu ketika tersiar kabar di beberapa daerah terjadi konflik antara massa FPI dengan NU, KH Hasyim Muzadi langsung klarifikasi. Itu ternyata bukan NU, tetapi massa preman yang dibayar suatu kelompok dan dipakaikan baju NU. Akhirnya kebongkar semua dan mereka cuma ingin mengadu domba.
Dikabarkan ada seorang tokoh yang kirim Banser palsu ke Pengadilan, tetapi ternyata itu preman yang diberi baju Banser. Padahala Banser sendiri tidak tahu menahu. Berbagai cara kotor seperti ini dilakukan kelompok liberal. Karena Gus Dur sudah meninggal dunia dan mereka menunganggi NU sudah tidak ada pintunya, maka sekarang mereka mencoba menunganggi PDIP. Kebetulan ada kasus Banyuwangi PDIP sedang marah, maka masuk Ulil ngipasin PDIP. Kebetulan Ulil pengurus Partai Demokrat. Maka kita sampaikan informasi itu ke PDIP, apa anda mau ditunganggi sama Partai Demokrat dan diadu dengan FPI, sehingga PDIP jadi mawas diri. mnh/Abdul Halim/suara-islam.com
Sumber : fpi.or.id
Sebagai salah satu kekuatan massa umat Islam Indonesia, Front Pembela Islam (FPI) yang beranggotakan 7 juta orang dianggap paling berbahaya bagi musuh-musuh Islam. Pasalnya, FPI dinilai paling keras dalam memberantas kemaksiyatan sebagai wujud dari pelaksanan amar makruf nahi mungkar di Indonesia. Maka tidaklah mengherankan jika mereka bersatu dan melakukan konspirasi dengan menghalalkan segala cara untuk membubarkan FPI.
Sejak tahun 2006, FPI berusaha diadu domba dan difitnah, agar pemerintah memiliki dalih untuk membubarkan FPI. FPI berusaha dibenturkan dengan Banser dan terakhir dengan Satgas PDIP. Namun perilaku jahat kelompok Liberalis itu selalu mengalami kegagalan. Terakhir pada peristiwa Banyuwangi (24/6) lalu, dimana FPI difitnah akan membubarkan sosialisasi kesehatan yang dilakukan tiga anggota DPR RI.
Berikut ini wawancara dengan Ketua Umum DPP FPI, Habib Rizieq Syihab, seputar konspirasi jahat untuk membubarkan FPI. Jika sampai berhasil, maka akan menjadi langkah awal untuk membubarkan ormas-ormas Islam di Indonesia yang dinilai keras menentang kezholiman dan ketidakadilan.
Apakah ada konspirasi untuk membubarkan Front Pembela Islam (FPI) pasca peristiwa Banyuwangi atau sebelumnya?
Sebetulnya konspirasi sejumlah pihak untuk pembubaran FPI sudah berlangsung sejak lama. Kita juga sudah mengidentifikasi pihak-pihak yang melakukan konspirasi untuk membubarkan FPI.
Pertama, kelompok mafia, yang memang selama ini FPI dianggap sebagai momok yang sangat menakutkan sekaligus menganggu bisnis haram mereka. Adapun yang saya maksud mafia disini, apakah mereka yang terlibat dalam sindikat narkoba, film-film porno, perjudian, pelacuran dan sebagainya. Ini semua sudah menjadi sindikat dan bukan kejahatan biasa, sementara FPI sejak lahir sangat concern dalam persoalan tersebut. FPI banyak mengungkap, menguak bahkan memejahijaukan mereka sehingga sudah jelas mana kelompok mafia ini menjadikan FPI sebagai musuh. Mereka mempunyai kepentingan untuk membubarkan FPI.
Kedua, yang masuk dalam konspirasi adalah kelompok liberal. Karena mereka melihat FPI secara fulgar melakukan konfrontasi terhadap gerakan-gerakan kaum liberal. Artinya FPI tidak lagi sembunyi-sembunyi bahkan perang pemikiran maupun perang di lapangan sekalipun. Karena kalau kita lihat peristiwa perjuangan RUU Pornografi dan Pornoaksi, bagaimana kelompok liberal memanfaatkan preman-preman untuk menyerang posko FPI di berbagai daerah. Jadi artinya mulai perang pemikiran sampai perang otot. Belakangan kita lihat banyak usaha kaum liberal yang kandas, apakah itu judicial review UU Pornografi, UU Penistaan Agama. Termasuk juga upaya mereka memanfaatkan Gus Dur untuk membatalkan TAP MPRS No XXV/MPRS/ 1966 soal PKI, tetapi kan usaha mereka kandas. Sebetulnya kandasnya mereka bukan hanya karena perjuangan FPI, tetapi semua ormas Islam. Cuma karena FPI dianggap terlalu fulgar, mungkin lebih meninjau atau mungkin konfrontasinya lebih terbuka, sehingga mereka melihat FPI sebagai musuh utama. Jadi kelompok liberal ini masuk dalam konspirasi tersebut.
Ketiga, kelompok Kristen radikal. Radikalisme ada di semua kelompok. Kelompok Kristen radikal mempunyai catatan tersendiri terhadap laskar-laskar Islam, mulai dari peristiwa Ambon hingga Poso. Dimana salah satu diantaranya adalah FPI. Ditambah lagi gerakan Kristen radikal ini yang mencoba mendirikan gereja-gereja liar di berbagai tempat. Jadi bukan geraja resmi yang mempunyai ijin resmi dan sesuai dengan peruntukannya, no problem. Markas FPI di Petamburan Jakarta Pusat ini sekitarnya ada 5 gereja, hubungannya dengan FPI saat ini baik-baik saja. Bahkan para pendetanya suka sowan kemari dan kita diskusi, no problem. Kenapa, karena gereja-gereja ini resmi punya ijin dan sesuai dengan peruntukannya. Sementara kalau ruko jadi gereja, kan lain cerita. Berarti peruntukannya untuk rumah tinggal dan toko, kok tiba-tiba berubah jadi gereja.
Sebetulnya penutupan gereja-gereja liar ini merupakan gerakan masyarakat, tetapi lagi-lagi FPI yang dituduh. Mungkin dalam gerakan tersebut ada warga FPI yang ikut bersama masyarakat. FPI kan sekarang dimana-mana ada, warganya juga dimana-mana ada. Tidak selalu perbuatan mereka mengatasnamakan organisasi FPI. Ada kalanya mereka bergerak atas nama organisasi tetapi ada kalanya atas nama masyarakat, jadi mereka tidak sendiri. Kalau mereka bersama masyarakat setempat, jangan salahkan FPI. Tetapi walau bagaimanapun juga, keterlibatan warga yang berafiliasi kepada FPI ini akhirnya membuat FPI terseret juga, Sehingga bagi kelompok Kristen radikal, FPI menjadi musuh utamanya. Jadi ada kelompok mafia yang merasa bisnis haramnya terganggu, ada kelompok liberal yang aqidah sesatnya juga terganggu dan ada kelompok Kristen radikal yang gerakan Kristenisasinya juga terganggu.
Keempat, adanya konspirasi politik. Kelompok-kelompok politik melihat banyak kepentingan politik mereka yang terganggu dengan gerakan-gerakan ormas Islam. Sekarang ada konspirasi, dimana kelompok politik ingin mengoalkan suatu UU, tiba-tiba UU ini berbenturan dengan Syariat Islam. Secara otomatis akan berhadapan dengan gerakan Islam dan salah satunya adalah FPI. Mungkin dimata mereka FPI dilihat terlalu fulgar melakukan konfrontasi, sehingga dianggap menganggu agenda politik mereka. Jadi konspirasi antara kelompok mafia, liberal, Kristen radikal dan politik. Mereka bersatu untuk menjadikan FPI sebagai musuh bersama.
Berarti mereka mencari momentum yang tepat untuk membubarkan FPI?
Akhirnya mereka mencoba mencari momentum untuk pembubaran FPI. Momentum apa saja yang mereka dapat, apakah momentum peristiwa Depok, dimana ada kontes waria yang dibubarkan warga yang didalamnya juga ada FPI. Bagaimana dengan peristiwa Bekasi, dimana ada patung yang dirubuhkan, walaupun sebetulnya yang merubuhkan patung adalah Walikota Bekasi, bukan FPI atas desakan masyarakat. Tetapi di media massa yang dituduh kan FPI.
Kenapa peristiwa Banyuwangi dianggap momentum, karena memang lebih dahsyat daripada Bekasi, Singkawang dan Depok. Persoalannya ada tiga anggota DPR RI yang katanya sedang melakuan kunjungan kerja. Artinya, kalau melibatkan anggota DPR RI berarti bersingungan dengan lembaga tinggi negara. Ini berarti bisa dikatakan subversib kalau membubarkan acara negara. Meraka lihat ini momentum penting untuk dibenturkan dengan berita FPI telah membubarkan kunjungan kerja anggota DPR RI dan FPI mengusir anggota DPR RI.
Peristiwa Banyuwangi mereka jadikan momentum untuk membubarkan FPI. Cuma mereka kecelek, mereka salah fakta, karena ternyata di Banyuwangi, subhanallah nasrullah. Tepatnya pada 25 April 2010 lalu, DPW FPI Banyuwangi dibekukan karena ada konflik internal diantara mereka yang terkait Pilkada. Kemudian sikap politik dari para pengurus FPI berbeda, yang membuat mereka ada sedikit konflik. Kemudian kita tugaskan Sekjen FPI untuk menyelesaikannya dan akhirnya disepakati supaya tidak ada fihak yang dimenangkan dan dikalahkan, maka dibekukan dulu. Berarti, kalau sudah dibekukan tidak boleh ada pergerakan apapun atas nama FPI. Tahu-tahu mereka mengkaitkannya dengan FPI, kan salah fakta dan mereka kecelek. Pada peristiwa ini kan tidak ada yang memakai seragam FPI. Jadi kesimpulannya, mereka salah fakta. Mereka sudah ramai-ramai ingin membubarkan FPI, ternyata salah fakta.
Begitu Munarman, Ustad Awit dan Ustad Khathath tampil di televisi, dengan debat terbuka dan kita ungkapkan fakta-faktanya, akhirnya mereka malu sendiri. Karena mereka malu, maka mereka lari ke berbagai peristiwa sebelumnya seperti insiden Monas. Sekarang semua film yang ditayangkan Metro TV, RCTI atau televisi swasta lainnya, itu peristiwa yang sudah diadili, sudah divonis dan pelakunya sudah dipenjara, artinya sudah inkracht dan sudah selesai. Tidak ada satu persoalan hukum yang diadili sampai dua kali. Kalau persoalan hukumnya telah selesai, kok televisi mengadili lagi. Pengadilan saja tidak berhak untuk mengadili lagi, apalagi televise. Jadi kesimpulannya, mereka kecelek.
Mengapa selama ini media massa terutama televisi dan koran selalu memojokkan FPI, bagaimana tanggapan Habib?
Kalau media massa memojokkan FPI, memang ada beberapa asumsi. Pertama, kelompok-kelompok yang memusuhi FPI adalah kelompok beruang seperti kelompok mafia, liberal, Kristen radikal dan kelompok politik. Meraka bisa dengan mudah untuk memberi siaran televisi. Jadi ini hanya persoalan duit, siapa yang bisa bayar itu yang mereka beritakan dengan senang hati.
Saya kasih contoh, pada saat Ustad Awit tampil di salah satu televisi dengan menyerahkan salah satu film ceramah Ribka Tjiptaning di Banyuwangi, mereka kita tantang untuk berani setel ini karena isinya soal PKI, ternyata mereka tidak berani. Adapun yang disetel lagi ribut-ributnya. Tetapi ceramah Ribka soal PKI di Banyuwangi selama 20 menit, kok tidak berani mereka setel. Apa karena FPI tidak bayar, kalau disuruh bayar nanti dulu. Tadi itu asumsi pertama, tetapi indikasinya kan kuat siapa punya duit bisa menguasai media massa.
Kedua, jangan lupa, hampir semua stasiun televisi tidak ada yang luput dari protes FPI. Hampir semua televisi pernah didemo oleh FPI. Biasalah, mungkin mereka tersinggung karena pernah didemo FPI. Jadi mereka enggan untuk menyiarkan berita-berita yang menurut mereka dapat mengangkat citra FPI. Jadi sepertinya ada sakit hati dan dendam kepada FPI yang pernah mendemo mereka. FPI tidak peduli kalau mereka salah kita demo. Metro TV, SCTV, RCTI dan Indosiar pernah kita demo, bahkan TVRI pernah kita demo. Televisi mana yang tidak pernah kita demo. FPI tidak peduli mendemo televisi, yang penting kalau salah ya kita protes. FPI tidak peduli apakah beritanya akan dimuat atau tidak dimuat di televisi. Itu asumsi kedua, artinya indikasinya kan ada.
Ketiga, ini yang paling kuat. Sesuai dengan dokumen Rand Corporation, disitu ditulis donasi-donasi AS dan sekutunya memang berupaya dengan segala kekuatan finansialnya untuk membeli media massa. Paling tidak, kalau tidak beli ya mereka kuasai. Itu memang ada dalam Rand Corporation, itu artinya terperinci betul. Adapun yang menarik disitu juga disebutkan, kalau ada perbuatan-perbuatan yang menaikkan citra yang dilakukan kelompok Islam manapun tidak boleh dimuat. Bukan hanya FPI, tetapi kelompok Islam manapun. Sebaliknya, kalau ada perbuatan-perbuatan yang sekiranya dapat menurunkan citra kelompok Islam, maka harus dimuat dan harus diulang-ulang.
Makanya jangan kaget, kita bisa lihat acara di Metro TV dan SCTV, peristiwa penyerangan tempat biliar yang dijadikan ajang judi oleh laskar FPI tahun 2002 atau sudah 8 tahun lalu. Tetapi film itu selalu diulang, kadang-kadang kalau diulang seperti peristiwa Banyuwangi filmnya selalu diulang. Berarti apa yang dilakukan SCTV dan Metro TV serta beberapa televisi lain sesuai dengan dokumen Rand Corporation. Bukan saya mencoba mengkait-kaitkan, tetapi faktanya memang begitu.
Apa isi dokumen Rand Corporation?
Dalam dokumen itu juga disebutkan, kalau kelompok-kelompok Islam yang mereka anggap sebagai musuh, kalau menyebutkan identitas cukup nama saja, tidak perlu disebut titelnya seperti Prof Dr dan sebagainya. Kalau Kyai Haji dan Habib jangan disebut KH dan Habibnya. Kalau Ustad jangan disebut ustadnya, pokoknya disebut namanya saja. Tetapi sebaliknya, kalau kelompok yang mendukung mereka harus disebut dengan lengkap titelnya, seperti Prof, Dr, PhD, MA, MSc dan sebagainya, itu tertulis dalam dokumen Rand Corporation. Jadi dengan demikian, ini memang grand design mereka. Jadi tidak perlu kaget dan ini tidak akan menjadi yang terakhir. Besok pasti mereka akan mencari lagi momentum untuk membubarkan FPI, dan itu akan terus berlangsung sampai mereka berhasil membubarkan FPI. Kita harapkan sekarang gerakan Islam semakin merapatkan barisan dan memperkokoh ukhuwan Islamiyah, karena sebetulnya yang ditarget itu bukan hanya FPI saja tetapi semua gerakan Islam. Mungkin FPI dianggap sebagai pintu gerbangnya untuk dibobol terlebih dahulu.
Apa kerugian yang akan dialami bangsa Indonesia seandainya FPI sampai dibubarkan?
Secara pribadi kalau FPI dibubarkan tidak ada masalah. Kalau hari ini Front Pembela Islam dibubarkan, maka besok akan saya bikin Front Pecinta Islam. Dengan singkatan yang sama, pengurus yang sama, gerakan yang sama dan wajah yang sama pula, kan UU tidak melarang. Jadi saya tidak pernah pusing dengan pembubaran. Nanti kalau Front Pecinta Islam juga dibubarkan, maka akan saya bentuk Front Penyelamat Islam. Jadi mengapa pusing-pusing, saya tidak pernah pusing mengenai pembubaran ini, tidur saya tetap nyenyak.
Jadi saya bicara pribadi, artinya yang ingin saya tekankan, ada FPI atau tidak ada FPI amar makruf nahi mungkar tetap wajib dijalankan. Ada FPI atau tidak ada FPI, perjuangan para kader FPI yang ada dimana saja tetap berjalan. Artinya, saya dan kawan-kawan yang ada di FPI tidak pernah menjadikan FPI sebagai tujuan perjuangan. Kita selalu mengingatkan, FPI cuma kendaraan. Jadi kalau kendaraan ini rusak ditengah jalau atau dibakar orang atau dicuri orang atau kendaraan terbalik dan tidak bisa dipakai lagi, kita ganti kendaraan yang lain. Kenapa susah-susah amat karena FPI bukan tujuan. Tujuan kita hanya mencari ridha Allah, tujuan kita liilai kalimatillah subhanahu wa taala. Jadi bukan tujuan kita mencitrakan FPI, membaguskan FPI, membesarkan FPI. Itu hanya proses perjuangan, tujuannya liilai kalimatillah subhanahu wa taala.
Itu yang secara pribadi saya melihat wacana pembubaran FPI, bahkan saya katakan bukan wacana lagi. Sebab ini sudah merupakan gerakan sistimatis yang dilakukan musuh-musuh Islam untuk membubarkan FPI. Tetapi memang kalau kita bicara secara umum buat masyarakat kasihan. Kalau ormas Islam bukan hanya FPI yang concern terhadap amar makruf nahi mungkar terhadap penegakan keadilan melawan kedholiman. Kalau yang seperti ini sampai dibubarkan, kasihan umat Islam itu sendiri. Artinya kekuatan mereka semakin lemah, kekuatan pembelaan mereka semakin surut. Bahkan kita khawatirkan begitu ada ormas Islam semacam FPI yang dibubarkan, jangan-jangan nanti ada masyarakat yang takut untuk berjuang. Itu yang kita khawatirkan. Artinya mereka nanti akan menjadikan proyek percontohan. Jangan keras-keras, nanti nasibnya akan seperti FPI. Nanti kita jadi takut melawan kedholiman, kemungkaran, mafia, bajingan dan takut melawan okum pejabat yang bejat akhlaknya, ini berbahaya. Jadi kalau ada pembubaran suatu ormas Islam, ini kan melemahkan semangat juang umat Islam Indonesia. Walaupun secara pribadi kita tidak akan kendor, walaupun dibubarkan sepuluh kalipun kita tetap akan berjuang. Tetapi umat yang awam kan tidak begitu fikirannya.
Jadi kalau FPI dibubarkan, berarti akan mengulang sejarah ketika Soekarno meminta Masyumi membubarkan diri atau dibubarkan tahun 1960 lalu?
Kalau kita kembali kepada sejarah Sukarno, ini kan sejarah yang sangat ironis. Tatkala Masyumi dituduh terlibat dalam PRRI, ini kan tuduhan dan firtnah, Masyumi kemudian dibubarkan. Tetapi begitu PKI yang nyata-nyata berkhianat, Sukarno tidak membubarkannya. Ini fakta sejarah, ada apa ? Seharusnya Sukarno bersikap adil. Kalau Masyumi dibubarkan, PKI yang terlibat pemberontakan G30S seharusnya dibubarkan. Ini lebih berbahaya, tetapi nyatanya tidak dibubarkan Sukarno.
Sejak zaman kemerdekaan, terjadi pergulatan apakah itu ideologi, pertempuran fisik antara kelompok Islam dengan sekuler. Jadi kelompok sekuler ini memang selalu ingin menang sendiri. Jadi segala yang jelek dari sekuler mereka maklumi, tetapi apapun yang kelihatannya jelek dari kelompok Islam, kalaupun tidak jelek mereka jelek-jelekkan. Itu akan dijadikan mereka alasan untuk penghancuran.
Sekarang kalau kita bicara soal pembubaran, kita lihat alasannya. Apa alasan mereka ingin membubarkan FPI, karena FPI melakukan sejumlah kekerasan. Saya tidak ingin membela diri. Katakanlah benar FPI melakuan kekerasan, itupun kekerasan harus kita diskusikan dulu. Apa betul itu kekerasan, apa betul itu kekerasan struktural yang dilakukan secara organisatoris atau bagaimana. Itu masih perlu diskusi dan pembuktian dulu, andaikata FPI dituduh keras dan musti dibubarkan. Pertanyaan kita, bagaimana dengan berbagai kekerasan yang dilakukan partai politik. Berbagai pilkada di daerah sejak reformasi hingga sekarang ini selalu diwarnai kekerasan. Ada pembunuhan, pembakaran gedung pemerintana, pembakaran mobil, pembakaran pom bensin, luar biasa. Itu yang tidak pernah dilakukan FPI. FPI tidak pernah bakar gedung pemerintah, FPI tidak pernah membunuh Ketua DPRD, ini kan massa partai.
Kalau FPI dibubarkan, Parpol harus juga dibubarkan?
Jadi kalau massa FPI melakukan kekerasan FPI nya harus dibubarkan, maka logikanya kalau massa partai melakuan kekerasan, maka partainya harus juga dibubarkan. Sekarang massa PDIP, PKB dan Demokrat melakukan kekerasan. Kalau begitu PDIP, PKB dan Demokrat harus dibubarkan. Ini kalau kita memakai logika pembubaran. Jadi tidaklah adil jika ada massa FPI melakukan kekerasan maka FPI dibubarkan. Tetapi kalau massa partai yang melakukan kekerasan, partainya tidak dibubarkan, enak betul ! Memang yang punya negara ini partai ! Kekerasan yang dilakukan massa partai lebih dahsyat, lebih keras bahkan biadab. Masak Ketua DPRD Sumatera Utara sampai dibunuh di dalam Gedung DPRD. Pembakaran gedung kabupaten seperti di Tuban dan pembakaran mobil di Mojokerto. Apa ada aksi FPI semacam itu. Apa ada massa FPI seperti itu. FPI paling-paling memakai pentungan. Adapun yang dirusak cuma kaca biliar dan tidak lebih dari itu. Ini kalau kita bicara fakta. Kalau pemerintah ingin membubarkan FPI, maka PDIP, PKB, Demokrat dan Golkar juga dibubarkan, jadi sama-sama bubar, termasuk negara ini juga bubar.
Selama ini kelompok liberal ingin membenturkan FPI dengan massa Gus Dur dan sekarang PDIP, tetapi usaha mereka selalu gagal?
Kelompok liberal ini tidak mempunyai massa, tidak mempunyai grass-roots. Mereka antek Barat dan hanya mampu membuat LSM-LSM komprador. Mereka dibantu dengan bantuan asing, ini mereka sendiri yang mengakuinya. Kalau kita ingin bicara jujur, FPI ingin dibubarkan karena melangar UU No. 8 Tahun 1985 tentang Keormasan. Sekarang salah satu larangan dalam UU Keormasan adalah menerima bantua luar negeri atau asing. LSM yang dibuat kelompok liberal, semuanya menerima bantuan asing. Bubarkan meraka dulu, FPI sudah siap untuk dibubarkan. Jadi kita bubar-bubaran, mereka ini tidak bercermin. Jadi kalau ada pepatah mengatakan kuman disebarang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak. Kesalahan FPI yang kecil jauh mereka lihat, tetapi kesalahan mereka yang besar dalam diri mereka sendiri, tidak mereka lihat.
Kelompok liberal memang tidak punya massa. Masyarakat mana yang mau jadi antek asing. Serendah-rendahnya pendidikan, pemikiran, status sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia, secara umum mereka masih mempunyai ras cinta tanah air, cinta bangsa dan negara. Mereka tidak mau menjual negaranya untuk orang asing. Sehingga kelompok liberal tidak mendapatkan tempat di tengah masyarakat dan mereka tidak mempunyai kekuatan grass-roots. Adapun yang mempunyai kekuatan grass-roots di Indopnesia seperti NU dan Muhammadiyah. Kalau partai politik seperti PDIP yang mengakar ke bawah.
Kelompok liberal melihat FPI sebagai ancaman dan FPI mempunyai kekuatan grass-roots kebawah. Bagaimana cara untuk menghadapi FPI, mereka berusaha untuk menunganggi NU tetapi tidka berhasil. Karena waktu itu Ketua PBNU KH Hasyim Muzadi, beliau dikenal orang baik, cerdas dan tidak bisa ditunggangi oleh Ulil dan kawan-kawan. Karena itu ketika tersiar kabar di beberapa daerah terjadi konflik antara massa FPI dengan NU, KH Hasyim Muzadi langsung klarifikasi. Itu ternyata bukan NU, tetapi massa preman yang dibayar suatu kelompok dan dipakaikan baju NU. Akhirnya kebongkar semua dan mereka cuma ingin mengadu domba.
Dikabarkan ada seorang tokoh yang kirim Banser palsu ke Pengadilan, tetapi ternyata itu preman yang diberi baju Banser. Padahala Banser sendiri tidak tahu menahu. Berbagai cara kotor seperti ini dilakukan kelompok liberal. Karena Gus Dur sudah meninggal dunia dan mereka menunganggi NU sudah tidak ada pintunya, maka sekarang mereka mencoba menunganggi PDIP. Kebetulan ada kasus Banyuwangi PDIP sedang marah, maka masuk Ulil ngipasin PDIP. Kebetulan Ulil pengurus Partai Demokrat. Maka kita sampaikan informasi itu ke PDIP, apa anda mau ditunganggi sama Partai Demokrat dan diadu dengan FPI, sehingga PDIP jadi mawas diri. mnh/Abdul Halim/suara-islam.com
Sumber : fpi.or.id
Kalimat Thoyyibah
(Foto tulisan tangan KH. Baidhowi bin Abdul Aziz)
Wejangan KH. Abdullah Faqih Langitan:
“Neng Pondok Iku Seje Karo Sekolah Biasa, Yen Wes Di Futuh Karo Gusti Allah, Ora Ono Istilah Angel”
Iku tashil karangane syekh Abi Fadhol, termasuk salah sijine Guruku, Mbah fadhol Putrane Mbah Abdus Syukur Assenori Bangilan Tuban. Mbah Abdus Syukur iku muride Mbah Soleh Langitan iyo karo muride Mbah Soleh ndarat terus ngaji nok Mekkah, duwe guru, gurune Mbah Syakur iku didongakno karo gurune maneh sopo wonge dadi muride didongakno dadi wong alim sampek sakteruse.
Sak elingku, naliko diceritani karo Mbah Fadhol iku maksute ngunu Yai Nawawi Banten, Kiyai Nawawi Banten iku didongakno karo gurune saking ikhlase karo gurune saking karo olehe temene khidmah.”kowe kabeh tak dongakno dadi wong alim lan santri santrimu, santrine-santrimu sak teruse kabeh dadi Wong alim “. Al hamdulillah aku melok kelbu amergo aku dadi santrine Mbah Fadhol, Mbah Fadhol putrane yo santrine Mbah Syakur iku muride mbah yai Nawawi Banten, Mbah Yai Nawawi iku didongakno karo gurune koyo keterangan ing ngarep mau. Wis kowe mugo-mugo yo dadi santriku ! Amin….Aku ngunu ngakoni yen kowe kabeh iku santriku tapi kowe kabeh durung mesti ngakoni aku dadi kyaimu. Mergo wong mulang (kiyai) iku wes mesti niate disebarno. Tapi ono seng nyetrum ono seng ora, ono seng nyambung kabele yo ono seng ora, Umpamane koyok pemancar berita utowo liyan-liyane, tapi ono seng nyetel radio iku ono sing cocok gelombange yo ono sing ora. Sing cocok iku sing iso paham? Podougo guru nyebarne ilmune menyang murid-muride, tapi murid-muride iku ono seng nyetel gelombange kanti pas lan ono seng ora. Seng nyetel iku seng nyambung.
mosok koyo guru SD Sing ora ono hubungan antar murid karo guru gak ono ta’alluke. Guru SD iku yo ngur mulang ta’lim tok, ora liyan-liyane, bar yo mboh belajar dewe sing temenan, gak pernah dongakno muride, utowo mikiri murite piye mengko yen ora biso, kuwi ngono kebanyakane guru SD-SMP seng mulang ta’lim wae, kiyai iku yo mulang ta’lim yo tarbiyah, lan kadang dadi saekhud tarkiyah, pangkate. Tapi yen ngono yen murite nyambung, yen santrine ora nyambung koyo setengah saking santri saiki, ora koyo santri kuno, santri kuno kuwi mondok 2-3 tahun mulih wes iso dadi kyai mergo ono sambungane karo guru. Tapi yen santri saiki iku kadang mondoe wes 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun ono seng sampek 13 tahun ning kene nanging aku ora ngerti jawane, ora kenal aku. Iku ngono mergo ora ono hubungan, aku yo ora kenal, akibate kurang ono barokahe.
Sa’jane awakmu takok’o menyang awakmu dewe, kyiaiku utowo guruku iku karo aku kuwi piye yo? adoh opo parek, yo tako’o karo atimu dewe yen atimu adoh berarti yo adoh tapi, yen ngroso parek berarti insya’ Allah yo parek iku jere Kiyai Hajar. Setengah saking tengere adohe ati menyang guru yo iku, koe gak tahu petuk, nggak tahu salaman, muleh ora sowan, sampe’-sampe’ boyong ora sowan wong tuwane ora mametno ngunuku piye olehe sambung. barang muleh yo biasa-biasa gak ketoro bar mondok suwe kurang ono manfa’ate ngulango tektek ngulang TPQ ngak iso gawe pondok utowo madrasah neng pondok kuwe kudu sambung karo guru, salah sijine nyambung yo dungakno gurumu. mbuh kuwi guru-gurumu ning omah utowo ning endi gon wae, mergo gurumu kuwi akeh guru mulang ngaji Qur’an, guru liyan-liyane. ojo sampek ngomong mantan guru yen kuwe wes luweh ngalim timbang gurumu mau. mergo ora ono istilah mantan guru.
isomu moco kitab biyen yo mergo diwuru’i gurumu mau, mboh kuwi mung rupo turutan, tasrifan. Ojo sampek anggep bekas utowo mantan guru. kuwe iso moco kitab mergo diwuru’i/ diwulang alif, ba’, ta’ berarti seng mulang awakmu iku yo tetep gurumu.
Neng pondok iku seje karo sekolah biasa, yen wes di futuh karo gusti Allah, ora ono istilah angel masiyo ora atau mbokji yo iso diwoco. Opowae maceme kitab iso diwoco mulane ono wong ngaji tok saking apik atine lan kelakuane, mboh kuwi bocahe ora patio mempeng ngajine ngunu yo iso ke futuh lan kefutuh ati iku ono kalane kangelan akale, mergo kangelan lan ono kalane ngajine digampangne di bukak atine dadi olehe ngaji digampangne.
Ngaji neng pondok iku yen kitab papat iki wes disakno insyaAllah dadi kiyai. Nomer siji Tafsir jalalain, isakno , woconen, deresen. Ora kiyai NU tok seng ngakoni kitab iki kiyai Muhammadiyah yo ngakoni contone kiyai muhammadiyah paciran yo iku KH.Abd. Rohman kebukak atine naliko moco Tafsir Jalalain, aku dewe yo ngunu. Isoku lancar moco kitab nalikane diniyah mutammimah aku ngaji kitab iki katam peng pindo terus aku ngaji Al fiyyah mergo meski aku wes iso moco kitab aku iseh ngeroso durung iso, aku cerito iki supoyo kuwe kabeh niru aku, ora krono tasmi’ utowo riya’. Sak durunge ngaji alfiyyah aku wis iso ngaji taqrib kanti bener qoidah-qoidahe amalan minhajul qowim, ngono mau aku isih ngroso durung iso moco kitab mulane aku ngaji al fiyah. Ngajiku alfiyyah nang Lasem karo Mbah Ma’sum. Al Hamdulillah mulai awal nganti akhir ngga’ tahu ketinggalan Ngaji. Mbah Ma’sum yen Ngaji, Lafadz lan ma’no ora diterangno lan suarane karo glorok-glorok tapi tetep tak rungokno aku ngaji mergo golek ilmune lan barokahe.
Taqrib yo ngono Al Hamdulillah mulai awal nganti akhir ora tahu ketinggalan. Mondokku ora suwi namung 2-3 tahun. Aku biyen ngaji tafsir ora tak sahi bar mari ngaji tak deres tak niati kanggo mraktekno nahwu shorof lan ngapalno lughote.
nomer loro yoiku kitab fathul mu’in, iki sing bagian fiqih, wis cukup nggo takon-takonan wong sak deso utowo sak kabupaten. Yen ono masalah opowahe buka’en kitab iki opo wahe biso dijawab. Lan kowe kudu nduwe kesanggupan iku siap ditakoni ora jawab kanggo fatwane dewe tapi fatwane ulama’ ono ning kitab iki, nomer telu Minhajul Abidin, nek kebukak atine iso ma’rifat yen kepingin kebukak atine, pingin wusul maring Allah yo ngaji Minhajul Abidin. Nomer papat Ibnu Aqil, iki ilmu nahwune, aku ngaji Ibnu Aqil nang Mbah Baidhowi Lasem, koncoku ngaji amung wong luru tok. Mbah Baidhowi kui wong sing tenanan ( disipilin ) wayahe beduk bar sembayang langsung ngaji, wayahe wong-wong podo ngantuk, podo turu. Opomaneh pas wayahe koncoku sing sijine muleh isek aku dewe sing di ulang, ngonowae tak tinggal turu misan. Tapi karo mbah Baidowi dijarno tapi isih diwoco sampek mari, yen wis mari aku di gugah tapi Alhadulillah aku mulih langsung mbalah Ibnu Aqil yo iso iku barokahe guruku.
Alhamdulillah muridku yo akeh seng dadi koyo KH. Masrur, KH. Fadhil, KH Masbuhin, KH. Salam, KH,Ihya’ Ulumuddin. Biyen ngaji Ibnu aqil tak kongkon moco kabeh sak katame, tapi yen saiki awakmu sekolah ora ngaji Ibnu Aqil mergo kedawan tapi ojo sampek mbok tinggalno. Koe ngaji alfiyah pisan iku isik angok-angok durung faham lan durung biso mraktekno dadi ngaji alfiyah ora cukup pisan. Yen bapak ngaji aku yo melu ngaji kowe yo ngono yen ono koncomu ngaji yo meluo, yen ono koncomu sinahu yo eluo.
Kapan koe temen himmahmu. Kitab papat iki isakno wis cukup kanggo bangun pondok, madrasah. Upomo awakmu dadi kiyai tenan ojo sampek niat dadi dimulyakno wong iku ora bener, yo niyat ngulang bojo, wong lio, yo awake dewe . Niat ngilangno bodone. Umpomo koe dadi kiyai tenan lan wes kangelan (temenan ngulang ) santri tiba’e wong tuwane ora ngerteni, ora bantu opo-opo yo ojo nggersulo mergo niate ora ngono.
perkoro rezki insya Allah kapan koe ngaji, ngulang Lillahi ta’ala yoiku rizqi wong seng golek ilmu kerono Allah kejobo rizki umum tapi yo ihtiyar. lan ono maneh kitab Taqrib iki salah sijine wiridane Langitan.
Lan saiki, ngaji Alfiyyah seng mbukak langsung gurune nang kelase dhewe-dhewe. Sebab aku kuwatir, menowo tradisi koyo ngene iki diterusno bakal akeh madhorote. Koyo dene ngaji tutup kendang, mung semangat ono ing kawitan lan akhire thok mergo dibukak lan ditutup nag musholla koyo ngene iki. Saiki ayo moco fatihah dikhususno kanggo Syeh Ibnu Malik, Masyayekh Langitan lan Mbah Ndol. Mugo-mugo oleh barokahe lan manfaate anggone ngaji alfiyyah iki. Al-Fatihah………..
01/01/11
Tahun Baru: Sejarah, Tradisi dan Renungan
Tahun baru merupakan hari pertama dalam penanggalan yang dirayakan sebagai hari libur hampir di tiap negara. Orang Cina, Mesir, Yahudi, Romawi dan Islam memulai tahun baru dengan waktu yang berbeda.
Ribuan tahun yang lalu, orang Mesir merayakan tahun baru pada pertengahan bulan Juni, saat air sungai Nil pasang dan ditandai dengan munculnya bintang Sirius. Di negara-negara Eropa selama abad pertengahan, tahun baru dimulai tanggal 25 Maret. Sedangkan tahun baru Yahudi, Rosh Hasanah yang kadang disebut “Pesta Terompet” terjadi sekitar September atau Oktober.
Orang Cina mempunyai imlek untuk menyambut tahun baru dan tibanya musim semi atau musim tanam yang akan berlangsung selama tiga bulan. Mereka merayakannya selama lima belas (15) hari, sekitar tanggal 21 Januari hingga 20 Februari.
Pada malam Cap Gomeh (malam ke-15) tepat jam 12 malam anggota keluarga saling memberikan ucapan selamat dengan cara melakukan soja yaitu kepalan tangan kiri menggenggam kepalan tangan kanan sambil berucap ”Sin chun kiong hi” (selamat atas musin semi yang baru). Mereka menutup toko agar dapat mengunjungi sanak keluarga dan tak lupa mengadakan kebaktian untuk para dewa dengan memasang hio. Anak-anak menerima Ang pao (amplop merah berisi uang) dari kakak, nenek, orang tua, bibi dan paman.
Menjelang berakhirnya tahun baru, mereka mengadakan lagi upacara penyembahan dengan memasang hio di meja abu. Kemudian ada acara lain berupa atraksi barongsay dan permainan Liong (naga), serta menggotong patung Taopekong sekeliling daerah itu. Patung itu dianggap jelmaan dewa yang diutus untuk mengabulkan setiap permohonan. Oleh karenanya para pemuda berebut untuk menggotong patung itu dengan harapan banyak rezeki dan cepat dapat jodoh.
Di Roma hari pertama tahun baru dimaksudkan untuk menghormati Janus, yang dianggap sebagai Dewa Gerbang dari Pintu-pintu yang menguasai Awal dan Akhir. Bulan Januari adalah nama lengkap Dewa ini.
Janus mempunyai dua muka di depan dan di belakang. Di hari pertama tahun baru ini, orang Roma melihat kembali apa yang telah terjadi selama setahun lewat dan merencanakan apa yang akan diperbuat untuk tahun depan.
Biasanya mereka saling memberikan hadiah dan banyak juga yang membawa hadiah kepada para penguasa dengan harapan selalu beruntung. Pada mulanya hadiah masih sederhana berupa ranting-ranting daun salam dan pohon palm. Tapi kemudian hadiah-hadiah yang diberikan menjadi lebih mahal.
Para senator Roma menerima bunga dan buah-buahan serta barang-barang indah dari orang-orang yang ingin dukungan. Kebiasaan ini dibawa dari Persia (Iran) oleh para pedagang Roma.
Orang Persia kuno yang merayakan tahun baru pada tanggal 21 Maret, biasanya memberikan hadiah berupa telur kepada teman mereka. Begitu telur itu menetas, tradisi ini mempunyai arti kurang lebih “membuka lembaran hidup yang baru.”
Ketika Roma invasi ke Inggris, mereka menemukan pendeta Druid merayakan tahun baru pada bulan Maret. Pendeta-pendeta memotong beberapa cabang mistletoe (semacam tanaman parasit) yang tumbuh di sekitar pohon Oak dan memberikannya kepada orang-orang sebagai jimat.
Orang-orang zaman dahulu mengikuti kebiasaan tahun baru orang Roma. Kemudian orang Inggris menjadikan kebiasaan membersihkan cerobong asap sebagai tradisi. Ini dimaksudkan untuk memberikan keberuntungan pada pemilik rumah sepanjang tahun yang akan datang.
Kebiasaan orang Roma memberikan hadiah kepada penguasa dihidupkan kembali oleh orang Inggris sekitar tahun 1200-an. Permata, sarung tangan dan hadiah lainnya dibawa kepada Raja atau Ratu Inggris. Ratu Elizabeth I (1533 – 1603) mengumpulkan beratus-ratus pasang bordiran mewah dan sarung tangan bertahta permata.
Orang Inggris mempunyai kebiasan lain di tahun baru. Para suami memberikan uang kepada istri mereka untuk membeli peniti yang cukup untuk sepanjang tahun. Kebiasaan ini hilang tahun 1800-an ketika mesin sudah dikembangkan untuk membuat peniti. Tapi kemudian istilah “uang peniti” masih tetap ada.
Tahun baru menjadi hari yang suci di gereja kristen pada tahun 487 SM, ketika gereja mengumumkan The Feast of Circumcision (pesta penyunatan).
Mulanya pesta-pesta tidak diperbolehkan pada hari ini karena merupakan tradisi pagan (penyembah berhala). Tapi ketika gereja kehilangan pamor untuk menarik para pengikut, pesta-pesta diperbolehkan lagi.
Tanggal 1 Januari menjadi biasa dikenal sebagai tahun baru, sejak tahun 1500-an, ketika kalender Masehi mulai diperkenalkan. Sejak itu pesta pora makin menggebrak. Malam tahun baru menjadi malam berfoya-foya. Orang-orang Amerika merayakan tahun baru dengan pergi ke tempat-tempat hiburan lainnya.
Sebagai negara yang maju dan terdukung media massa yang hebat, kebiasaan itu diikuti oleh negara-negara lain yang ingin dianggap “maju”.
Jelas sudah, tradisi merayakan tahun baru bukan dari tradisi Islam. Saat orang menanti pukul 12 tepat di malam tahun baru, merupakan tradisi orang-orang Cina yang Dewanya Taopekong. Tukar kado di malam tahun baru merupakan tradisi dari Persia yang dahulu menyembah api. Perayaan-perayaan meriah diadopsi orang-orang kristen dari penyembah berhala. Tiup terompet diilhami oleh Rosh hasanah, tahun barunya orang Yahudi.
Tapi hura-hura tahun baru mengimbas negara-negara Islam yang tidak adanya hubungannya dengan tradisi Jahiliyah. Orang Islam makin terbiasa dengan tata cara orang Yahudi dan Nasrani, dan perlahan mulai melupakan tahun barunya sendiri yang jatuh tiap tanggal 1 Muharram.
Ketika itu di tahun 660 M, Abu Musa al Anshary (Gubernur Basrah) menulis surat kepada khalifah Umar di Madinah dan mengatakan bahwa khalifah menulis surat tanpa tanggal, yang tentu menjadi merepotkan untuk melaksanakan suatu perintah.
Orang-orang Arab waktu itu hanya mengenal perhitungan hari dalam bulan-bulan tertentu, petunjuk tahunnya dikaitkan dengan peristiwa penting dan besar, misalnya tahun Gajah.
Khalifah Umar berinisiatif untuk membuat sistem penanggalan tahunan. Para sahabat ada yang mengusulkan tahun Islam baiknya dimulai sejak nabi lahir.
Tapi usul itu sulit dilaksanakan karena rentang waktunya sudah cukup lama, sekitar 80 tahun. Kemudian Ali bin Abi Thalib mengusulkan agar memulai penanggalan Islam sejak hijrah saja, karena itulah momentum perjuangan Rasulullah yang sesunggunya, berhasil mendirikan tatanan masyarakat dan negara yang Islami.
Usul itu diterima, sehingga tahun hijrah ditetapkan sebagai penanggalan Islam. Namun demikian tidak ada tradisi menyambut tahun baru dengan pesta pora. Umat Islam mempunyai hari-hari raya yang jelas sanadnya dan memang diperbolehkan untuk bergembira (misalnya pada hari Raya Ied) walaupun tetap tak boleh berlebihan.
Tarik-ulur Boleh Tidaknya Ucapkan “Selamat Natal”
Mengucapkan kata "selamat hari raya" untuk penganut agama lain kelihatannya mungkin sepele, ringan tapi sangat berat konsekuensi yg harus ditanggung jika kita tidak berhati-hati.
Hakekat Natal
Natal adalah sebuah peringatan terhadap lahirnya/hadirnya Yesus (Nabi Isa AS) sebagai Tuhan. Belum lagi diruntut dan dipandang dari sudut sejarah, perayaan Natal tidak lebih dari pengaruh dan peninggalan budaya paganisme Romawi kuno. Yang perlu digaris-bawahi adalah kalimat ”Yesus sbg Tuhan”. Sehingga, peringatan Natal ini sesungguhnya adalah sebuah ibadah. Sebuah ibadah inti dalam agama kristen dan masuk dalam wilayah aqidah.
Idul Fitri
Berbeda dg Natal, Idul Fitri adalah sebuah perayaan Muslim setelah melakukan puasa di bulan Ramadhan. Idul Fitri diisi dg acr silaturrahim, maaf memaafkan antara keluarga, tetangga, kerabat, relasi dan sebagainya. Perayaan ini masuk dalam ranah hablun minan nas.
Ketika seorang kristen dtg pd saat Idul Fitri dan mengucapkan selamat idul fitri atau bahkan mengucapkan “mohon maaf lahir-batin”, sesungguhnya tdk ada pelanggaran aqidah/iman yg dilakukan oleh org kristen tersebut terhadap agamanya. Mereka sgt menyadari hal ini. Jadi jangan heran mereka ikut antusius ikut serta dalam perayaan lebaran, karena tidak ada pelanggaran apapun dalam iman mereka. Tapi justru ini menjadi pintu masuk untuk menunjukkan bahwa mereka sangat toleran terhadap umat Islam dan secara tidak langsung juga menuntut agar umat Islampun toleran terhadap mereka dan agar Muslim tidak menolak ketika mereka mengajak untuk berpartisipasi dalam Natal. Nah loh??
Idul Adha
Bg umat Islam, Idul Adha adalah peringatan yg merefleksikan peristiwa keikhlasan dan loyalitas Nabi Ibrahim kepada Allah SWT dgn mengikhlaskan putranya Nabi Ismail untuk disembelih. Namun dlm keimanan Kristen, putra tunggal Nabi Ibrahim adalah Nabi Ishaq. Bibel tidak mengakui Nabi Ismail sbg putra Nabi Ibrahim. Iman Kristen sbg mana yg tertulis dlm Bibel menyatakan bahwa putra yg akan disembelih oleh Nabi Ibrahim adalah Nabi Ishaq, bukan Nabi Ismail.
Kejadian 22:2 : “Ambillah anakmu yg tunggal itu, yg engkau kasihi yakni ishaq. Pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlahdia disana sbg korban bakaran pd salah satu gunung yg akan kukatakan kepadamu”
Sehingga jika seorang Kristen mengucapkan selamat idul Adha berarti ia telah mengingkari ayat dalam kitab suci mereka. Menodai keimanan mereka terhadap firman Tuhannya yg mereka yakini.
Jika ucapan Idul Fitri tdk membawa dampak apa-apa bg umat Kristen, tapi justru menguntungkan mereka. Namun ucapan Idul Adha justru akan sangat membahayakan iman mereka. Dan hingga saat ini mereka sangat konsisten mempertahankan iman mereka.
Pertanyaan yg muncul sekarang adalah, mengapa kita sebagai muslim harus mempertaruhkan iman kita dgn mengucapkan Natal atas dalih toleransi???
Langganan:
Postingan (Atom)