قال العلماء : إن فعل الطاعات أمر سهل ويقدر عليه كل أحد حتى المرأة العجوز يمكن أن تصلي 100 ركعة ،ولاكن ترك المعاصي أمر عسِر ولا يقدر على ذلك إلا الصديقون ومن حفظهم الله ووفقهم
والمعنى أن ترك المعصية مثل الغيبة النميمة والنظر إلى الحرام خاصة في الخلوات و الكِبْر و عقوق الوالدين و المخاصمة و السب و اللعن و العُجب و معاصي القلب وغير ذلك لا يقدر على تركها ومجاهدة نفسه عليها إلا من وفقه الله وأعانه وتمكن اللإيمان في قلبه
وإلا ما نراه اليوم من تفشي المعاصي والتساهل بها لَهوَ أكبر دليل على صعوبة الأمر وأنها تحتاج إلى مُجاهدة ، أما فعل الطاعات فنحن نرى المساجد تمتلأ بالمصلين ودور تحفيظ القرءآن فيها مئات الحفاظ والصائمين بكثرة والأعمال الخيرية في زماننا سهلة ومتيسرة
ولكن لا وصول للعبد إلى القرب عند الله إلا بترك المعاصي
----الحبيب زين بن سميط-----
Ulama Berkata : Melakukan Keta'atan Itu Adalah perkara mudah, semua orang mampu bahkan seorang nenek yang tua renta pun mampu untuk melakukan solat 100 raka'at. akan tetapi meninggalkan perbuatan maksiat itu adalah perkara yang rumit, tidak semua orang mampu kecuali Orang-Orang Yang Jujur dan Orang-orang yang Allah Pelihara Serta Di Berinya Petunjuk.
Maksudnya Adalah, Meninggalkan perbuatan Maksiat Seperti Gibah, Mengadu Domba, Dan Melihat Kepada Perkara Yang Haram Terlebih Di Tempat-Tempat yang Sepi, Bersikap Sombong, Menyakiti Kedua Ibu Bapa, Mencaci Serta Memaki, melaknati, Ujub, dan Perbuatan Maksiat Hati Dan Lain nya, Tidak Mampu Untuk Di Tinggalkan Kecuali Orang-Orang yang Mendapat petunjuk Dan Pertolongan Allah dan Orang yang Mempunyai Ketetapan Iman Di Dalam hatinya,
Kalau Tidak Maka Apa Yang Kita Lihat Di Masa Sekarang Dengan Menyebarnya Perbuatan Maksiat Dan Melakukan-nya Secara Mudah Dan remeh, Adalah Sebuah Bukti Besar Atas Sulitnya Perkara (Maksiat) Ini Untuk Di Tinggalkan. Dan Itu Membutuhkan " mujahadah" ( Bersungguh-sungguh dalam meninggalkanya)
Adapun Melakukan Perbuatan Ta'at, Maka dapat Kita Lihat Di Masjid-Masjid Di Penuhi Oleh Orang-Orang Yang Solat, Dan Peran Penghafal Al-qur'an Di Dalam Masjid Beratus-Ratus Penghafal, Dan Orang-Orang Yang Berpuasa dengan memperbanyak Amal Kebajikan Di Zaman Kita Sekarang Ini Amatlah Mudah dan Gampang,
Akan Tetapi Perbuatan Keta'aan Tersebut Tak Akan Mengantarkan Seorang Hamba Untuk Dekat Ke Hadapan Allah Kecuali Dengan Meninggalkan Segala perbauatan Maksiat.
Jl. Sumbergirang No. 12 Lasem Rembang Jawa Tengah Telp. (0295) 531111 Fax. (0295) 531138
16/11/11
07/11/11
DO'A SIAPA PALING MUSTAJAB?
Sebuah kapal karam di tengah laut karena terjangan badai dan ombak hebat. Hanya dua orang lelaki yang bisa menyelamatkan diri dan berenang ke sebuah pulau kecil yang gersang.
Dua orang yang selamat itu tak tahu apa yang harus dilakukan. Namun, mereka berdua yakin bahwa tidak ada yang dapat dilakukan kecuali berdoa kepada Tuhan. Untuk mengetahui doa siapakah yang paling dikabulkan, mereka sepakat untuk membagi pulau kecil itu menjadi dua wilayah. Dan mereka tinggal sendiri-sendiri berseberangan di sisi-sisi pulau tersebut.
Doa pertama yang mereka panjatkan. Mereka memohon agar diturunkan makanan. Esok harinya, lelaki ke satu melihat sebuah pohon penuh dengan buah-buahan tumbuh di sisi tempat tinggalnya. Sedangkan di daerah tempat tinggal lelaki yang lainnya tetap kosong.
Seminggu kemudian, lelaki yang ke satu merasa kesepian dan memutuskan untuk berdoa agar diberikan seorang istri. Keesokan harinya, ada kapal yang karam dan satu-satunya penumpang yang selamat adalah seorang wanita yang berenang dan terdampar di sisi tempat lelaki ke satu itu tinggal. Sedangkan di sisi tempat tinggal lelaki ke dua tetap saja tidak ada apa-apanya.
Segera saja, lelaki ke satu ini berdoa memohon rumah, pakaian, dan makanan. Keesokan harinya, seperti keajaiban saja, semua yang diminta hadir untuknya. Sedangkan lelaki yang kedua tetap saja tidak mendapatkan apa-apa.
Akhirnya, lelaki ke satu ini berdoa meminta kapal agar ia dan istrinya dapat meninggalkan pulau itu. Pagi harinya mereka menemukan sebuah kapal tertambat di sisi pantainya. Segera saja lelaki ke satu dan istrinya naik ke atas kapal dan siap-siap untuk berlayar meninggalkan pulau itu. Ia pun memutuskan untuk meninggalkan lelaki ke dua yang tinggal di sisi lain pulau. Menurutnya, memang lelaki kedua itu tidak pantas menerima pemberian Tuhan karena doa-doanya tak terkabulkan. Begitu kapal siap berangkat, lelaki ke satu ini mendengar suara dari langit menggema, “Hai, mengapa engkau meninggalkan rekanmu yang ada di sisi lain pulau ini?”
“Berkahku hanyalah milikku sendiri, karena hanya doakulah yang dikabulkan,” jawab lelaki ke satu ini. “Doa lelaki temanku itu tak satupun dikabulkan. Maka, ia tak pantas mendapatkan apa-apa.”
“Kau salah!” suara itu membentak membahana. “Tahukah kau bahwa rekanmu itu hanya memiliki satu doa. Dan, semua doanya terkabulkan. Bila tidak, maka kau takkan mendapatkan apa-apa.”
“Katakan padaku,” tanya lelaki ke satu itu. “Doa macam apa yang ia panjatkan sehingga aku harus merasa berhutang atas semua ini padanya?” “Ia berdoa agar semua doamu dikabulkan!”
Kesombongan macam apakah yang membuat kita menganggap bahwa hanya harapan dan doa-doa kita yang terkabulkan? Betapa banyak orang yang telah mengorbankan sesuatu demi keberhasilan kita. Tak selayaknya kita mengabaikan peran orang lain.
Dua orang yang selamat itu tak tahu apa yang harus dilakukan. Namun, mereka berdua yakin bahwa tidak ada yang dapat dilakukan kecuali berdoa kepada Tuhan. Untuk mengetahui doa siapakah yang paling dikabulkan, mereka sepakat untuk membagi pulau kecil itu menjadi dua wilayah. Dan mereka tinggal sendiri-sendiri berseberangan di sisi-sisi pulau tersebut.
Doa pertama yang mereka panjatkan. Mereka memohon agar diturunkan makanan. Esok harinya, lelaki ke satu melihat sebuah pohon penuh dengan buah-buahan tumbuh di sisi tempat tinggalnya. Sedangkan di daerah tempat tinggal lelaki yang lainnya tetap kosong.
Seminggu kemudian, lelaki yang ke satu merasa kesepian dan memutuskan untuk berdoa agar diberikan seorang istri. Keesokan harinya, ada kapal yang karam dan satu-satunya penumpang yang selamat adalah seorang wanita yang berenang dan terdampar di sisi tempat lelaki ke satu itu tinggal. Sedangkan di sisi tempat tinggal lelaki ke dua tetap saja tidak ada apa-apanya.
Segera saja, lelaki ke satu ini berdoa memohon rumah, pakaian, dan makanan. Keesokan harinya, seperti keajaiban saja, semua yang diminta hadir untuknya. Sedangkan lelaki yang kedua tetap saja tidak mendapatkan apa-apa.
Akhirnya, lelaki ke satu ini berdoa meminta kapal agar ia dan istrinya dapat meninggalkan pulau itu. Pagi harinya mereka menemukan sebuah kapal tertambat di sisi pantainya. Segera saja lelaki ke satu dan istrinya naik ke atas kapal dan siap-siap untuk berlayar meninggalkan pulau itu. Ia pun memutuskan untuk meninggalkan lelaki ke dua yang tinggal di sisi lain pulau. Menurutnya, memang lelaki kedua itu tidak pantas menerima pemberian Tuhan karena doa-doanya tak terkabulkan. Begitu kapal siap berangkat, lelaki ke satu ini mendengar suara dari langit menggema, “Hai, mengapa engkau meninggalkan rekanmu yang ada di sisi lain pulau ini?”
“Berkahku hanyalah milikku sendiri, karena hanya doakulah yang dikabulkan,” jawab lelaki ke satu ini. “Doa lelaki temanku itu tak satupun dikabulkan. Maka, ia tak pantas mendapatkan apa-apa.”
“Kau salah!” suara itu membentak membahana. “Tahukah kau bahwa rekanmu itu hanya memiliki satu doa. Dan, semua doanya terkabulkan. Bila tidak, maka kau takkan mendapatkan apa-apa.”
“Katakan padaku,” tanya lelaki ke satu itu. “Doa macam apa yang ia panjatkan sehingga aku harus merasa berhutang atas semua ini padanya?” “Ia berdoa agar semua doamu dikabulkan!”
Kesombongan macam apakah yang membuat kita menganggap bahwa hanya harapan dan doa-doa kita yang terkabulkan? Betapa banyak orang yang telah mengorbankan sesuatu demi keberhasilan kita. Tak selayaknya kita mengabaikan peran orang lain.
Langganan:
Postingan (Atom)